KEARIFAN LOKAL
MASYARAKAT SUKU BAJO DI SULAWESITENGGARA MENDUKUNG KELESTARIAN
SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN
Mirnawati Firdaus
(Penyuluh
Perikanan Muda)
Pendahuluan
Indonesia dikenal dengan negara yang
kaya akan sumberdaya alam dan memiliki bermacam adat istiadat, yang hingga kini
masih membudaya, meski terus tergerus oleh kemajuan teknologi dan informasi
global/dunia. Arus globalisasi dan peningkatan ilmu pengetahuan hingga kini
semakin terasa dampaknya, dibarengi dengan pertambahan jumlah penduduk yang
semakin mendesak alam untuk pemenuhan setiap kebutuhan. Tanpa disadari, laju
eksploitasi semakin meningkat dengan didukung oleh semakin canggihnya peralatan
industri teknologi. Hingga kemudian menyebabkan daya dukung lingkungan
terlampaui dan bukan saja dapat mengancam kelestarian sumberdaya alam itu
sendiri, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan pencemaran.
Mirnawati Firdaus, dengan bukunya Kearifan Lokal: Dari Tano Batak ke Maluku Editor: Andin H. Taryoto |
Indonesia dengan garis pantai
terpanjang, yakni 81.000 km, di huni sekitar 40 juta jiwa yang mendiami wilayah
pesisirnya, sedikit banyak telah mempengaruhi keberadaan dan status ekosistem
perairan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatifnya. Status/pengaruh
positif atau negatif tersebut, sangat bergantung pula pada tingkat pendidikan
dan sosial budaya dari masyarakat pesisir tersebut. Artinya masyarakat dengan
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan karakter sosial budaya yang masih
kental, lingkungan pesisir dan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggal
mereka, masih terjaga/terpelihara kelestariannya. Secara tidak langsung budaya
yang masih kental dalam kehidupannya, mendukung pelestarian ekosistem.
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu
provinsi di Indonesia dengan topografi yang terdiri atas daratan dan lautan
lengkap dengan beberapa pulau kecil. Masyarakat Sulawesi Tenggara terdiri dari
beberapa etnis/suku dan budaya/agama. Etnis/suku terbesar di Sulawesi Tenggara
terdiri diri etnis tolaki, buton, muna dan bugis-makassar (pendatang/perantau
yang kemudian menetap di Sulawesi Tenggara). Masyarakat Sulawesi Tenggara yang
bermukim di wilayah pesisir/laut sepanjang Sulawesi Tenggara, di kenal dengan
masyarakat etnis/suku bajo (orang bajo).
Orang bajo yang umumnya bermukim di
wilayah pesisir ini, tersebar di hampir seluruh wilayah pesisir Sulawesi
Tenggara, diantaranya di Kabupaten Konawe Kepulauan yang lebih di kenal pulau
Wawonii, di pesisir Kabupaten Konawe Utara (Desa Lemo Bajo), di Kepulauan
Wakatobi, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton Utara dan beberapa wilayah pesisir
lainnya di kabupaten/kota Sulawesi Tenggara. Mereka berdiam, berkumpul,
beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan laut, hingga beberapa generasi
keturunannya. Nuansa kehidupan mereka sangat akrab dengan alam pesisir/laut. Kebudayaan
lokal/kearifan lokal yang turun temurun diwariskan dari satu generasi ke
generasi lain, menjadi bekal pengetahuan mereka dalam memanfaatkan sumber daya
alam, sekaligus dalam pengelolaan wilayah pesisir/laut, sehingga tetap terjaga
kelestariannya.
Orang bajo umumnya bermatapencaharian
sebagai nelayan. Aktivitas kesehariannya sangat bergantung pada pesisir dan
laut. Dapat dikatakan bahwa 99,99% sumberdaya alam yang mereka manfaatkan untuk
kehidupan sehari-hari adalah yang berasal dari pesisir dan laut di sekitar
tempat tinggal mereka. Begitu akrabnya mereka dengan lingkungan pesisir dan
laut, sehingga rumah tinggal mereka pun di bangun di atas laut yang berbahan
dasar kayu/papan dan atap rumbia. Pengalaman penulis ketika melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
Tahun 1999, orang bajo menyebut “sayur” untuk ikan-ikan yang berukuran kecil
(seperti ikan teri), dan hanya menganggap/mengakui “lauk” untuk ikan yang lebih
besar seperti Ikan kerapu, tuna, ikan putih dan lain-lain. Hal ini menunjukkan
bahwa nuansa kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh laut.
Sepenggal Kisah Suku Bajo dalam Karya Ilmiah Kearifan Lokal yang ada pada Buku Kearifan Lokal: Dari Tano Batak ke Maluku, Editor: Andin H. Taryoto. Untuk Membaca secara lengkap, silahkan buka atau unduk pada link berikut: KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUKU BAJO DI SULAWESITENGGARA MENDUKUNG KELESTARIAN SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN oleh Mirnawati Firdaus
masih bisa dapat buku nya kah PAk? mohon informasinya
BalasHapus