9 Jan 2017

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUKU BAJO DI SULAWESI TENGGARA MENDUKUNG KELESTARIAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUKU BAJO DI SULAWESITENGGARA MENDUKUNG KELESTARIAN SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN

Mirnawati Firdaus
(Penyuluh Perikanan Muda)

Pendahuluan

Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumberdaya alam dan memiliki bermacam adat istiadat, yang hingga kini masih membudaya, meski terus tergerus oleh kemajuan teknologi dan informasi global/dunia. Arus globalisasi dan peningkatan ilmu pengetahuan hingga kini semakin terasa dampaknya, dibarengi dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin mendesak alam untuk pemenuhan setiap kebutuhan. Tanpa disadari, laju eksploitasi semakin meningkat dengan didukung oleh semakin canggihnya peralatan industri teknologi. Hingga kemudian menyebabkan daya dukung lingkungan terlampaui dan bukan saja dapat mengancam kelestarian sumberdaya alam itu sendiri, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan pencemaran.
Mirnawati Firdaus, dengan bukunya Kearifan Lokal: Dari Tano Batak ke Maluku Editor: Andin H. Taryoto
Indonesia dengan garis pantai terpanjang, yakni 81.000 km, di huni sekitar 40 juta jiwa yang mendiami wilayah pesisirnya, sedikit banyak telah mempengaruhi keberadaan dan status ekosistem perairan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatifnya. Status/pengaruh positif atau negatif tersebut, sangat bergantung pula pada tingkat pendidikan dan sosial budaya dari masyarakat pesisir tersebut. Artinya masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan karakter sosial budaya yang masih kental, lingkungan pesisir dan sumberdaya alam di sekitar tempat tinggal mereka, masih terjaga/terpelihara kelestariannya. Secara tidak langsung budaya yang masih kental dalam kehidupannya, mendukung pelestarian ekosistem.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan topografi yang terdiri atas daratan dan lautan lengkap dengan beberapa pulau kecil. Masyarakat Sulawesi Tenggara terdiri dari beberapa etnis/suku dan budaya/agama. Etnis/suku terbesar di Sulawesi Tenggara terdiri diri etnis tolaki, buton, muna dan bugis-makassar (pendatang/perantau yang kemudian menetap di Sulawesi Tenggara). Masyarakat Sulawesi Tenggara yang bermukim di wilayah pesisir/laut sepanjang Sulawesi Tenggara, di kenal dengan masyarakat etnis/suku bajo (orang bajo).

Orang bajo yang umumnya bermukim di wilayah pesisir ini, tersebar di hampir seluruh wilayah pesisir Sulawesi Tenggara, diantaranya di Kabupaten Konawe Kepulauan yang lebih di kenal pulau Wawonii, di pesisir Kabupaten Konawe Utara (Desa Lemo Bajo), di Kepulauan Wakatobi, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton Utara dan beberapa wilayah pesisir lainnya di kabupaten/kota Sulawesi Tenggara. Mereka berdiam, berkumpul, beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungan laut, hingga beberapa generasi keturunannya. Nuansa kehidupan mereka sangat akrab dengan alam pesisir/laut. Kebudayaan lokal/kearifan lokal yang turun temurun diwariskan dari satu generasi ke generasi lain, menjadi bekal pengetahuan mereka dalam memanfaatkan sumber daya alam, sekaligus dalam pengelolaan wilayah pesisir/laut, sehingga tetap terjaga kelestariannya.

Orang bajo umumnya bermatapencaharian sebagai nelayan. Aktivitas kesehariannya sangat bergantung pada pesisir dan laut. Dapat dikatakan bahwa 99,99% sumberdaya alam yang mereka manfaatkan untuk kehidupan sehari-hari adalah yang berasal dari pesisir dan laut di sekitar tempat tinggal mereka. Begitu akrabnya mereka dengan lingkungan pesisir dan laut, sehingga rumah tinggal mereka pun di bangun di atas laut yang berbahan dasar kayu/papan dan atap rumbia. Pengalaman penulis ketika melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Tahun 1999, orang bajo menyebut “sayur” untuk ikan-ikan yang berukuran kecil (seperti ikan teri), dan hanya menganggap/mengakui “lauk” untuk ikan yang lebih besar seperti Ikan kerapu, tuna, ikan putih dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa nuansa kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh laut. 

Sepenggal Kisah Suku Bajo dalam Karya Ilmiah Kearifan Lokal yang ada pada Buku Kearifan Lokal: Dari Tano Batak ke Maluku, Editor: Andin H. Taryoto. Untuk Membaca secara lengkap, silahkan buka atau unduk pada link berikut: KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUKU BAJO DI SULAWESITENGGARA MENDUKUNG KELESTARIAN SUMBERDAYAKELAUTAN DAN PERIKANAN oleh Mirnawati Firdaus

Share:  

1 komentar: