22 Des 2016

Penyuluh Perikanan Kabupaten Temanggung Jadi Narasumber Pelatihan Budidaya Cacing Sutera (Tubifex, sp)

FKP3D, Korwil Barat - 21 Desember 2016, bertempat di balai desa Barang, Kecamatan Jumo, Temanggung, Jawa Tengah telah diadakan pelatihan Budidaya Cacing Sutera dengan menghadirkan penyuluh perikanan, Mahmud Effendi, S.Tr.Pi sebagai narasumber.

Pelatihan yang dihadiri oleh sekitar 25 orang peserta tersebut merupakan program pemberdayaan masyarakat dalam rangka pemanfaatan dana desa. Melalui kerjasama dengan penyuluh perikanan setempat, desa memutuskan untuk mengadakan pelatihan budidaya cacing sutera.
Kegiatan pelatihan dengan Narasumber dari penyululuh perikanan
Diakui oleh kepala desa Barang, yang sebelumnya pernah menjadi pembenih lele dan juga sempat membudidayakan cacing sutera dengan nampan. Bahwa selama ini, usaha pembenihan lele seringkali terkendala akan kebutuhan cacing sutera. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini, peserta bisa melirik bisnis budidaya cacing sutera minimal untuk memenuhi kebutuhan benih ikan akan cacing sutera secara mandiri.

Lebih lanjut, kepada desa menjelaskan bahwa misi dari pelatihan ini adalah untuk menambah penghasilan alternatif selain dari menanam padi di sawah dan menanam tembakau sebagai usaha kebanyakan petani di Temanggung. Fasilitasi pelatihan melalui dana desa dimaksudkan dapat menggerakkan masyarakat desa untuk budidaya cacing sutera sehingga dapat menambah penghasilan dan untuk menghidupkan kembali pembenihan lele dengan menyiapkan pakannya terlebih dahulu berupa cacing sutera.

Sementara itu, menurut Mahmud, budidaya cacing sutera memang bisnis yang menjanjikan. Hal ini karena kebutuhan akan cacing sutera di Temanggung masih sangat tinggi dan kebanyakan mengambil dari alam atau membeli dari penangkap dan pengepul dari luar Temanggung.

"Kebutuhan cacing sutera di Kabupaten Temanggung hampir mencapai 200 Liter/ minggu, sehingga peluang bisnis ini sangat menjanjikan. Peluang inilah yang ditawarkan kepala desa kepada warganya melalui pelatihan" Lanjut Mahmud. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

21 Des 2016

Agus S.St.Pi Merancang dan Modifikasi Alat Tangkap Bubu yang Murah dan Ramah Lingkungan Untuk Nelayan Kecil

FKP3D, Korwil Tengah - Agus S.St.Pi adalah sosok penyuluh perikanan yang patut diapresiasi dalam komitmentnya memberikan manfaat kepada masyarakat pelaku utama di wilayah kerjanya. Dalam keterbatasan, Agus, secara mandiri berhasil merancang, membuat dan menguji coba alat tangkap bubu yang murah dan ramah lingkungan.

Agus merupakan penyuluh perikanan yang bekerja pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah (BKP3D) kabupaten Nunukan dan ditempatkan di wilayah kerja Kecamatan Sebatik Barat, bagian dari Pulai Sebatik, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Kebiasaan masyarakat nelayan kecil diwilayah binaannya adalah menangkap ikan dengan menggunakan bubu (alat perangkap ikan yang berbentuk setengah bola, yang ditempatkan secara menetap disuatu kawasan tertentu). Nelayan biasa memasang alat bubu tersebut didaerah karang atau di dekat lokasi budidaya rumput laut.
Rancang bangun Bubu hasil modifikasi yang dibuat oleh Agus, S.St.Pi 
Satu hal yang membuat Agus merasa perlu untuk berbuat sesuatu adalah bahwa bubu yang berbentuk setengah bola tersebut kurang praktis dan sulit dalam pengoperasiannya. Tidak hanya itu, ternyata bubu tersebut juga didatangkan dan dibeli oleh para nelayan Sebatik Barat dari daerah Tawau, Malaysia dengan harga yang cukup mahal.

Harga yang mahal serta cara pengoperasiannya yang tergolong sulit tersebut, membuat Agus mulai berpikir untuk membantu masyarakat pelaku utama perikanan di wilayah binaannya dengan mulai merancang dan membuat bubu yang lebih murah, tahan lama, dan lebih ramah lingkungan.

Rancang bangun bubu yang didesain oleh Agus berbentuk balok dengan volume sekitar 1 M3 dan dibuat dengan menggunakan bambu. Bambu dipilih karena mudah didapatkan dan telah terbukti lebih tahan lama jika diremdam di air laut.

Sebenarnya, rancang bangun bubu yang didesain oleh Agus merupakan modifikasi dari bubu yang sudah ada dengan mengubah bentuk dan desainnya agar mudah dibuat dan dioperasikan di lapangan. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya didapatkan sebuah desain yang menurut Agus cukup simpel, mudah dan cepat dalam pembuatannya.

"Bubu konvensional yang berbentuk setengah bola sangat susah dalam pembuatannya, waktu yang dibutuhkan untuk membuat bubu tersebut bisa mencapai 1 bulan, untuk itu saya modifikasi agar mudah dibuat dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya" Jelas Agus bersemangat.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa bubu rancangannya dapat dibuat hanya dalam waktu kurang lebih 1 minggu saja. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu dalam hal pembuatannya. Selain itu, bubu yang berbentuk balok ternyata lebih kokoh dan juga lebih mudah dalam hal pengoperasiananya.

Setelah diperkenalkan dan diujicoba oleh masyarakat diwilayah binaannya, ternyata hasil tangkapan bubu yang dibuat oleh Agus tidak kalah dengan bubu konvensional. Banyak diantara nelayan yang berminat untuk mengunakan bubu hasil rancangan Agus.

Perlu diketahui bahwa dalam sekali trip (3 hari sekali) masyarakat nelayan bisa mendapatkan penghasilan rata-rata RP 200.000-Rp 500.000 dari hasil tangkapan menggunakan bubu. Oleh karena itu, mereka sangat tertarik untuk menggunakan bubu hasil rancangan Agus dengan pertimbangan lebih murah dan lebih tahan lama.
Ikan hasil tangkapan yang berhasil diperoleh dengan menggunakan Bubu yang dirancang oleh Agus
Hal yang sekarang menjadi kendala terbesar adalah bahwa belum ada dukungan baik dari pemerintah maupun swasta untuk menfasilitasi pelatihan pembuatan bubu hasil rancangan Agus. Padahal, jika ada pelatihan khusus tentang pembuatan bubu hasil rancangannya, tentu masyarakat akan bisa mandiri. Mereka bisa membuat bubu sendiri dengan kualitas yang bagus tanpa harus membeli dengan harga yang cukup mahal.

Agus sangat berharap bahwa tahun depan, dia bisa mengadakan pelatihan pembuatan bubu hasil rancangannya. Oleh karena itu, mulai saat ini dia sudah mulai bergerak mencari sponsor guna mendapatkan dana untuk mengadakan pelatihan secara mandiri. Ada yang berminat untuk menjadi sponsor? Silahkan hubungi redaksi FKP3D. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

19 Des 2016

Poklahsar Bismillah Harapan Kami Kota Payakumbuh Terima Bantuan Peralatan Pengolahan Hasil Perikanan

FKP3D, Korwil Barat - Kamis, 15 November 2016 Bertempat di Sekretariat Poklahsar Bismillah Harapan Kami Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh telah diserahkan secara simbolis bantuan peralatan pengolahan hasil perikanan dari Bidang PPH Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Payakumbuh.
Serah terima bantuan dilakukan secara simbolis oleh kepada dinas peternakan dan perikanan Kota Payakumbuh

Kegiatan serahterima peralatan pengolahan hasil perikanan yang dibarengi dengan acara tasyakuran tersebut juga mengundang Camat Payakumbuh Selatan, Kepala Puskesmas Padang Karambia dan Lurah Kapalo Koto Ampang, Kecamatan Payakumbuh Selatan.

Ketua Poklahsar Bismillah Harapan Kami, Nelmita dalam sambutannya menyatakan sangat berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan dan berjanji akan memanfaatkan batuan tersebut seoptimal mungkin untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan anggota secara khusus dan masyarakat sekitar pada umumnya.

Bantuan yang berasal dari dana DAK dengan nilai total sekitar Rp 60.000.000 (enampuluh juta rupiah) tersebut diserahkan secara langsung oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Payakumbuh Ir. Depi Sastra. Poklahsar yang merupakan binaan dari penyuluh perikanan kecamatan payakumbuh selatan tersebut merupakan satu-satunya poklahsar yang pantas mendapatkan batuan di tahun 2016 ini karena perkembangannya yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke-tahun.

Sementara, pada sambutannya, Ir. Depi Sastra menekankan agar batuan yang telah difasilitasi oleh dinas dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan volume produksi sehingga dapat meningkatkan kesejateraan anggota. Kepada penyuluh perikanan beliau juga berpesan untuk selalu membina kelompok dengan sebaik-baiknya.

Perlu diketahui bahwa Poklahsar Bismillah Harapan kami merupakan satu diatara 5 (lima) Poklahsar binaan penyuluh perikanan yang ada di Kota Payakumbuh yang berdiri pada tahun 2014. Berdasarkan proses identifikasi yang dilakukan oleh tim dari kabupaten, poklahsar tersebut dinyatakan layak menerima batuan. "Kami berharap kegiatan dan bantuan yang telah diterima oleh Poklahsar Bismillah Harapan Kami dapat menjadi stimulan dan sebagai pionir perkembangan usaha pengolahan ikan di kota Payakumbuh" terang Depi.

Kontributor: Zaini Amri, SST
Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh

Baca Selengkapnya...