Oleh :
Hendy Dwi Setiawan, S.PKP *)
*) Penyuluh Perikanan Pertama di Puslatluh KP, BRSDM KP; wilayah penugasan Kabupaten Way
Kanan, Lampung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belut merupakan salah satu jenis
ikan konsumsi air tawar yang mempunyai bentuk tubuh bulat memanjang, bertubuh
licin dan hanya memiliki sirip punggung saja. Belut biasanya suka memakan ikan-ikan yang
masih berukuran kecil. Habitat alami belut adalah rawa-rawa, sungai-sungai
kecil dan sawah.
Sebagian besar penduduk Indonesia
khususnya masyarakat Lampung, sudah sejak lama mengenal dan menggemari masakan
dari olahan daging belut. Akan tetapi
untuk mendapatkan daging belut segar masih relatif sulit, karena keterbatasan
ketersediaan belut segar di pasaran, baik di pasar tradisional, pasar modern
maupun pasar swalayan. Hal ini
dikarenakan belut sawah yang dijual sebagian besar merupakan hasil dari
tangkapan di alam, bukan dari hasil budidaya.
Kondisi ini diperparah dengan keadaan sawah yang merupakan habitat alami
belut sawah yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dampak dari penggunaan
pestisida kimiawi yang telah berlangsung sejak lama, sehingga jumlah belut
sawah yang hidup di habitatnya akan semakin berkurang seiring berjalannya
waktu.
Hewan licin mirip ular ini jika dilihat
sekilas akan tampak menyeramkan atau menjijikkan, akan tetapi belut mempuyai
potensi nilai ekonomis yang tinggi. Hal
ini dapat dibuktikan dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap
komoditas belut sawah dari tahun ke tahun.
Prospek bisnis belut tidak hanya cemerlang di dalam negeri saja, tetapi
juga untuk pasar di luar negeri sebagai komoditas ekspor. Licinnya belut seakan-akan menjadi simbol
bahwa menjalani usaha agribisnis belut dapat mendatangkan banyak keuntungan
(Muktiani, 2010).
Tujuan
Tujuan disusunnya laporan perencanaan
usaha perikanan ini adalah antara lain :
- Mengetahui hal-hal yang harus
dipersiapkan dalam rencana budidaya pembesaran belut sawah;
- Memberikan gambaran perencanaan
dalam usaha perikanan budidaya pembesaran belut sawah sehingga dapat
diketahui kelayakan usaha ini;
Perumusan Masalah
Mengingat kandungan gizi daging belut yang
cukup tinggi dan prospek harga jual yang relatif menguntungkan, pertanyaan yang
kemudian muncul adalah : apakah usaha agribisnis pembesaran belut sawah di
media kolam terpal dapat dilakukan dari segi analisis faktor teknis dan
non-teknis? Jika dapat dilakukan, apakah usaha agribisnis pembesaran belut
sawah di media kolam terpal layak untuk diusahakan? Dengan demikian artikel ini ditulis untuk
memaparkan tentang jenis dan karakteristik belut sawah (Monopterus albus), teknis budidaya pembesaran belut sawah di
media kolam terpal, serta kelayakan
usaha agribisnis pembesaran belut sawah di media kolam terpal.
Di akhir pembahasan akan dipaparkan pula hambatan atau masalah yang
mungkin terjadi dalam usaha agribisnis tersebut serta alternatif solusi
pemecahan masalahnya.
ANALISA PELUANG PASAR
Keunggulan Jenis Komoditas
Ada beberapa asumsi yang memberikan
keunggulan bagi budidaya pembesaran belut sawah diantaranya yaitu : (1)
pemeliharaan belut sawah relatif mudah, (2) kebutuhan masyarakat akan daging
belut relatif cukup tinggi, (3) jumlah pembudidaya ikan belut sawah di Lampung
masih relatif sedikit, (4) intensitas serangan hama dan penyakit belut sawah
relatif rendah, (5) daging belut sawah kaya akan gizi, dan (6) produknya tidak
terpengaruh oleh waktu, artinya jika pada hari tersebut tidak laku untuk di
jual maka belut tersebut tidak akan mati akan tetapi dapat di jual pada lain
waktu. Kandungan gizi pada belut sawah
relatif lebih tinggi dibandingkan komoditas lainnya. Sebagai contoh, nilai energi konsumsi belut
sebesar 303 kkal/100 gram, sedangkan nilai energi telur hanya 162 kkal/100 gram
dan nilai energi daging sapi sebesar 207 kkal/100 gram; sementara nilai protein
pada belut sebesar 18,4 gram/100 gram,
sedangkan protein daging sapi sebesar 18,8 gram/100gram dan protein
telur sebesar 12,8 gram/100 gram).
Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat
tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari
balita hingga usia lanjut (Taufik dan Saparinto, 2008).
Keunggulan Harga Komoditi
Pada saat ini, harga belut sawah untuk
pasar Lampung masih berfluktuasi antara Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 per
kilogramnya. Hal ini berarti komoditas
belut sawah masih cukup menjanjikan untuk dikembangkan dan dibudidayakan.
Belut sawah merupakan salah satu bahan
pangan protein hewani yang sudah sejak lama dikonsumsi dan digemari oleh
masyarakat luas. Akan tetapi, hingga saat ini guna memenuhi kebutuhan tersebut
masih mengandalkan belut sawah dari hasil tangkapan di alam. Kondisi terkini dari habitat asli belut sawah
semakin lama semakin mengkhawatirkan dampak dari penggunaan pestisida kimiawi
di lahan sawah yang telah berlangsung sejak lama, sehingga jumlah belut sawah
yang hidup di habitatnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Guna menjaga eksistensi belut sawah serta
memenuhi permintaan kebutuhan konsumen, maka perlu dilakukan upaya-upaya
pembudidayaan belut sawah, mulai dari pembenihannya hingga pembesarannya.
IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI
Jenis dan Karakteristik
Belut Sawah
Sedikitnya ada 3 (tiga) jenis belut yang
berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu : Syinbranchus bengalensis, Macrotrema
calligans dan Monopterus albus (Fluta alba). Ketiga jenis belut tersebut masih memiliki
hubungan kekerabatan dalam famili Syinbranchidae
dan ordo Syinbranchoidea (Muktiani,
2010).
Karateristik belut dapat identifikasi
dari habitatnya maupun dari fisiknya.
Ditinjau dari habitatnya, belut mempunyai genus dan spesies yang
sedikit, tetapi memiliki habitat hidup yang cukup luas, mulai dari perairan
tawar hingga perairan payau atau asin.
Belut hidup pada perairan yang dangkal tidak lebih dari 150 cm, dengan
dasar lumpur, tanah liat berair, seperti di sawah, tepian rawa, danau atau
sungai atau genangan air lainnya (Taufik dan Saparianto, 2008).
Dilihat dari
kondisi fisiknya, belut merupakan hewan karnivora, yaitu pemakan hewan lain
(hewan pemakan daging). Ciri-ciri hewan
karnivora adalah : memiliki gigi yang runcing, memiliki lambung yang besar,
usus pendek tebal dan elastis. Belut
termasuk hewan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Belut juga
termasuk hewan hemaprodit protogoni, yaitu mengalami perubahan kelamin dalam
masa hidupnya. Awal kehidupan belut muda
berkelamin betina, kemudian akan berubah menjadi jantan. Belut betina berwarna lebih cerah, sedangkan
belut jantan warna tubuhnya lebih gelap keabu-abuan.
Proses Pembesaran Belut
Sawah
Proses
pembesaran belut sawah terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap penyiapan sarana dan
peralatan, tahap penyiapan benih, tahap perlakukan dan perawatan benih, serta
tahap pemeliharaan pembesaran. Setelah itu belut dapat dipanen untuk
dipasarkan kepada konsumen. Berikut
pemaparan dari setiap tahapan tersebut.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Perlu diketahui bahwa jenis kolam
budidaya pembesaran belut sawah harus dibedakan antara lain : kolam pendederan
(untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran
3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang
masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran
5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran
15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-50 cm. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara
umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung
belut. Ukuran kolam untuk kolam
pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/ m2, kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya
tampungnya 250 ekor/m2 dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama
(ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2 serta kolam belut
konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2,
hingga panjang belut siap panen berukuran 30-50 cm.
Pembuatan kolam terpal dalam
usaha budidaya pembesaran belut sawah hanya digunakan untuk menampung media
yang disusun dari beberapa bahan organik untuk kelangsungan hidup belut
sawah. Pembuatan kolam terpal dilakukan
dengan cara membuat kerangka dari kayu dan papan berbentuk kotak (balok tanpa
tutup) kemudian pasang terpal dengan paku.
Setelah kolam terpal selesai dibuat, maka sebaiknya terpal dicuci dan
dibilas dahulu dengan air bersih agar bau dan kandungan kimiawi pada terpal
baru dapat hilang. Setelah itu, kolam
terpal dapat diisi dan disusun dengan media hidup belut. Media hidup belut
sawah dalam kolam terpal terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk
kandang, sekam padi dan jerami padi. Cara pembuatan medianya yaitu, kolam yang
masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun
dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan
organik selesai dibuat dengan ketebalan seluruhnya sekitar 30 cm, air yang mengandung bahan organik dapat
dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm. Pada proses itu media dasar kolam sudah
selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi
lumpur sawah.
Dalam proses penyiapan
media, banyak peralatan yang digunakan. Peralatan lain yang diperlukan dalam
tahapan ini antara lain media dasar
kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, serta
ember plastik untuk menampung benih belut sementara.
Penyiapan Benih
Proses penyiapan benih
diawali dengan menyiapkan anak belut yang sudah siap dipelihara secara
intensif. Ukuran benih belut sawah yang
diperlukan berkisar antara 5-8 cm. Benih
belut tersebut dipelihara selama empat bulan dalam dua tahapan dengan
masing-masing tahapannya selama dua bulan.
Benih belut sawah dapat
diperoleh dari hasil pembenihan (jika sudah ada) atau bisa juga benih belut
sawah yang diperoleh dari sarang-sarang benih yang ada di alam yang ditangkap
menggunakan tangan atau alat tangkap bubu.
Benih belut yang akan digunakan dalam usaha agribisnis pembesaran belut
sawah sebaiknya bukan benih belut sawah yang berasal dari tangkapan menggunakan
alat setrum listrik, karena benih belut akan terluka dan/ atau mandul serta
biasanya benih belut tersebut akan lambat pertumbuhannya.
Benih belut yang berukuran
5-8 cm dapat segera ditempatkan di media
pada kolam terpal dengan syarat setelah media untuk kelangsungan hidup belut
dipastikan sudah siap (matang). Media
yang dapat dinyatakan siap ditebar benih belut (matang) adalah media yang sudah
tidak panas ketika kita celupkan tangan kita ke dalam media tersebut dan media
tersebut sudah terdapat jasad-jasad renik seperti cacing tanah dan
lainnya. Apabila benih belut masih berukuran
2-3 cm, maka benih belut tersebut ditempatkan di kolam pendederan calon benih
terlebih dahulu selama kurang lebih satu bulan sampai anak belut tersebut
berukuran 5-8 cm.
Perlakuan dan Perawatan
Benih
Benih belut sawah harus diperlakukan
secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang.
Air yang digunakan sebaiknya air yang bersih dan lebih baik lagi dengan
air yang mengalir.
Dalam merawat benih belut
sawah pada budidaya pembesaran, perlu diperhatikan pula hama dan penyakit yang
bisa mengganggu kehidupan belut. Di
alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain :
berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus. Adapun di pekarangan, terutama yang ada di
perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif biasanya
tidak banyak diserang hama. Namun
penyakit juga sering mengincar keberlangsungan hidup belut. Penyakit yang umum menyerang belut adalah
penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri,
jamur, dan protozoa yang berukuran kecil (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Lampung, 2010).
Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan
pembesaran belut terdiri dari pemupukan, pemberian pakan dan pemeliharaan kolam
dan tambak. Pada proses pemupukan,
jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur. Selain itu pupuk kandang juga diperlukan
sebagai salah satu bahan organik utama.
Pakan yang
diberikan dapat berupa makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar atau
belatung. Makanan tersebut diberikan
setiap 10 hari sekali.
Pemanenan
belut dapat dilakukan setelah belut berumur 3 – 5 bulan. Hal ini bergantung dari permintaan ukuran
konsumen di pasaran. Konsumen di pasaran
lokal biasanya lebih menyukai belut yang dipanen berumur 3 – 4 bulan, sedangkan
pasar ekspor ke manca negara biasanya belut yang berumur 5 – 6 bulan. Belut yang dipanen dapat berupa 2 jenis
komoditas yaitu benih yang dijual untuk budidaya pembesaran dan belut ukuran
konsumsi (besarnya dan panjangnya sesuai dengan permintaan konsumen). Cara
Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara
lain : bubu (posong), jala bermata lembut, pancing atau dengan cara pengeringan
air kolam dan pembongkaran media sehingga belut tinggal diambil saja
menggunakan tangan secara manual.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah merupakan teknik
budidaya ikan yang tidak terlalu rumit.
Hal ini dikarenakan budidaya belut sawah dapat dilakukan pada lahan yang
sempit, tanpa harus meluangkan waktu khusus untuk budidaya, tanpa pembelian
pakan buatan yang harganya relatif mahal dan pembuatan media hidup belut yang
dapat dipergunakan kembali pada siklus produksi selanjutnya.
IDENTIFIKASI KELAYAKAN USAHA
Analisis kelayakan rencana usaha
agribisnis budidaya pembesaran belut sawah di media kolam terpal dengan asumsi sebagai berikut :
1. Jenis belut yang dibesarkan adalah belut sawah (Monopterus albus)
2. Pembesaran dilakukan menggunakan media yang disusun pada
wadah budidaya kolam terpal berukuran 4 x 6 meter dengan luas kolam sebesar 24
m2 sebanyak 3 (tiga) unit.
3. Benih belut sawah yang ditebar berukuran 5 – 8 cm dengan
populasi tebar sebanyak 2400 ekor. Padat
penebaran pada tahap pembesaran I adalah 100 ekor/ m2, sedangkan
pada tahap pembesaran II adalah 50 ekor/m2.
4. Pemeliharaan dilakukan selama kurun waktu 4 bulan (terbagi
atas tahap pembesaran I selama 2 bulan dan tahap pembesaran II selama 2 bulan)
dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival
Rate / SR) sebesar 90% dengan tingkat kematian (mortalitas) sebesar 5 –
10%.
5. Perkiraan hasil panen per siklus budidaya dapat diperoleh
sebanyak 108 kilogram belut segar (dengan asumsi 90% x 2400 ekor x 50 gram/
ekor). Harga penjualan belut rata-rata
pada saat panen sebesar Rp 25.000,-
6. Masa pakai kolam terpal selama 4 tahun, masa pakai media
hidup belut selama 1 tahun dan masa pakai perlengkapan lainnya adalah 5 tahun.
7. Usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah
dijalankan sendiri oleh pemilik beserta keluarganya, tanpa dibantu oleh
pegawai.
8. Siklus budidaya dengan menggunakan 3 (tiga) unit kolam
terpal, maka 1 unit digunakan untuk pembesaran tahap pertama dengan padat tebar
100 ekor/ m2 (Kolam A) dan 2 unit kolam terpal lainnya digunakan
untuk pembesaran tahap kedua dengan padat tebar 50 ekor/ m2 (Kolam B
dan Kolam C). Pada saat kolam B dan
kolam C sudah panen, maka benih di kolam A sudah siap untuk dipindahkan ke
kolam B dan kolam C, karena kolam A sudah ditebar beberapa hari setelah
dipindah ke kolam B dan kolam C pada 2 bulan sebelumnya dan begitu pula
seterusnya. Dengan demikian dalam 1
(satu) tahun budidaya dapat panen sebanyak 5 kali dengan masa pemeliharaan
selama 4 bulan dengan sistem budidaya terpadu (tumpang sari).
Proyeksi Keuangan Selama 1
Tahun
1. Biaya Investasi
a. Biaya pembuatan kolam terpal 3
unit
1). Bambu;
jari-jari 5 cm, p=6-8 m (25 bh@Rp 8.000) Rp 200.000
2). Kayu
Jati; diameter 10cm, p=1,5 m (20 bh@Rp 15.000) Rp 300.000
3). Terpal;
tebal ukuran 6x8 m (3 bh @ Rp 215.000) Rp 645.000
4). Paku;
berbagai ukuran (1 Paket) Rp 50.000
5). Biaya
upah tukang (6 HOK @ Rp 80.000) Rp 480.000
Total Biaya Pembuatan Kolam
Terpal 3 unit Rp
1.675.000
b. Mesin Pompa Air (1 unit @ Rp
350.000) Rp 350.000
c. Selang air (50 m @ Rp 6.000) Rp 300.000
d. Paranet/ Shading net (75 m2 @
Rp 5.000) Rp 375.000
e. Biaya pemasangan listrik PLN
900 VA (1 paket) Rp 2.500.000
f. Tangki air 225 Liter (1 unit) Rp 450.000
g. Biaya pembuatan menara tangki
air (1 paket ) Rp 850.000
Total Biaya Investasi Rp 6.500.000
2. Biaya Tetap Selama 1 Tahun
a. Penyusutan kolam terpal (1/4 x Rp 1.675.000) Rp 418.750
b. Penyusutan mesin pompa air (1/5
x Rp 350.000) Rp 70.000
c. Penyusutan selang air (1/5 x Rp
300.000) Rp 60.000
d. Penyusutan paranet/ shading net
(1/5 x Rp 375.000) Rp 75.000
e. Penyusutan bak tong penampung
air (1/5 x Rp 300.000) Rp 60.000
f. Penyusutan menara tangki air (1/5 x Rp 850.000) Rp 170.000
Total Biaya Tetap Selama 1 Tahun Rp 853.750
3. Biaya Variabel (Biaya Tidak Tetap)
a. Media budidaya (3 paket) Rp 1.350.000
b. Benih belut sawah ukuran 5-8 cm (12000 ekor; 60 Kg) Rp 3.000.000
c. Pakan tambahan; jangkrik, belalang, belatung dll. (5
paket) Rp 500.000
d. Vaksin dan Obat-obatan (5 paket) Rp 300.000
e. Tagihan listrik PLN
(12x15 kwh @ Rp 800) Rp 144.000
Total Biaya Variabel (Biaya Tidak Tetap) Rp 5.294.000
4. Biaya Operasional Selama 1 Tahun
Biaya Operasional = Total biaya tetap + Total biaya variabel
=
Rp 853.750 + Rp 5.294.000
=
Rp 6.147.750
5. Pendapatan Per Tahun
= Jumlah
belut yang dipanen x Harga jual rata-rata
= (5 x 108
Kg) x Rp 25.000/Kg
= 540 Kg x
Rp 25.000/Kg
= Rp
13.500.000
6. Keuntungan Per Tahun
= Pendapatan - Biaya Operasional
= Rp 13.500.000 - Rp 6.147.750
= Rp
7.352.250
7. Keuntungan Per Bulan
= Keuntungan
1 Tahun / 12 Bulan
= Rp
7.352.250 / 12 bulan
= Rp 612.687,5
Analisis Kelayakan Usaha
1. Cash Flow
= Laba
bersih per tahun + Modal Investasi
= Rp
7.352.250 + Rp 6.500.000
=
Rp13.852.250
2. RC Ratio
= Total
pendapatan / Total Biaya Operasional
= Rp
13.500.000 / Rp 6.147.750
= 2,196
3. Pay Back Periode
= Total
Biaya Investasi / Laba usaha per bulan
= Rp
6.500.000 / Rp 612.687
= 10,61
4. Break Event Point (BEP)
a. BEP Harga Produksi
= Total
biaya operasional / Jumlah produksi
= Rp
6.147.750 / 540 Kg
= Rp
11.384,7
b. BEP Volume Produksi
= Total
biaya operasional / (Harga per unit - Biaya variabel per unit) = Rp 6.147.750 / (Rp
25.000 - (Rp 5.294.000/540 kg))
= Rp
6.147.750 / (Rp 25.000 - Rp 9.804)
= Rp
6.147.750 / Rp 15.196
= 404,56 Kg
Berdasarkan uraian analisis kelayakan
usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah (Monopterus albus) di media kolam terpal dapat disimpulkan bahwa
pendapatan bersih per tahun dapat mencapai Rp 13.500.000,- sehingga
pendapatan bersih per bulan adalah sebesar Rp 612.687. Berdasarkan
hasil perhitungan RC Ratio yang
bernilai 2,196 maka usaha pembesaran belut sawah dinyatakan layak karena nilai
R/C lebih lebih dari 1,0. Nilai R/C
sebesar 2,196 berarti bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp
1.000,- maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.196,-. Nilai Break
Event Point (BEP) harga produksi sebesar Rp 11.385,-/kilogram, artinya titik impas pada usaha pembesaran belut sawah
ini akan tercapai dengan harga jual belut sawah ukuran konsumsi pada saat panen
sebesar Rp 11.385,- per kilogramnya. Sedangkan
nilai Break Event Point (BEP) volume
produksi sebesar 404,56 artinya titik
impas pada usaha pembesaran belut sawah ini akan tercapai pada saat
produksi belut konsumsi terjual sebanyak 404,56 kilogram.
IDENTIFIKASI AKSES PERMODALAN
Dalam rangka peningkatan usaha produksi budidaya pembesaran belut sawah
perlu disertai dengan penguatan modal sehingga budidaya pembesaran belut sawah
bisa meningkatkan produksinya
dan mampu memenuhi permintaan pasar.
Oleh karena itu dibutuhkan suntikan dana atau tambahan modal ada
beberapa akses permodalan yang bisa digunakan antara lain :
- Dengan
menggunakan pinjaman dari Perbankan
dengan program KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) merupakan program
pemerintah untuk membantu usaha bidang pertanian dan perikanan dalam
peningkatan skala usahanya yaitu dengan memberikan bunga 0.5 % perbulan
dengan angsuran sesuai dengan jangka musim tanam (mengangsur 3 – 4 bulan
sekali).
- Bantuan
pinjaman bank dengan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada dasarnya sama
dengan program KKPE namun untuk program KUR bisa diakses dan difasilitasi
oleh bank pemerintah BNI/BRI
dengan bunga 9% per tahun.
- Bantuan
berupa dana bergulir ataupun hibah dari pemerintah sebagai dana stimulan
bagi pelaku utama untuk meningkatkan usaha budidaya perikanan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian analisis kelayakan usaha budidaya belut sawah di media kolam terpal, maka dapat disimpulkan bahwa
budidaya pembesaran belut sawah di media
kolam terpal sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan modal investasi
yang relatif besar, sehingga memungkinkan pembudidaya ikan untuk
membudidayakannya. Selain itu usaha
budidaya belut sawah di media kolam
terpal layak diusahakan oleh pembudidaya ikan, karena memberikan penghasilan
per bulan lebih dari setengah juta rupiah (Rp 612.687,-/bulan) dan panen sebanyak 5 kali dalam 1 tahun.
Untuk meningkatkan
pendapatan pembudidaya ikan belut, maka disarankan pada pembudidaya ikan untuk
memperluas skala usaha agribisnis budidaya belut padi sawah di media kolam terpal, sehingga produksi meningkat dan
pendapatan pembudidaya ikan belut meningkat.
Selain itu, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah harus
dipastikan bahwa benih belut sawah yang akan dibudidayakan merupakan benih
belut hasil pembenihan (jika sudah ada) atau hasil tangkapan dengan cara yang
benar seperti menggunakan tangan atau dengan alat tangkap bubu, tetapi bukan benih belut yang berasal dari tangkapan
menggunakan alat setrum listrik. Guna
mendukung keberhasilan dan keberlanjutan usaha agribisnis budidaya pembesaran
belut sawah, kebutuhan benih belut sawah yang hingga saat ini masih
mengandalkan dari hasil tangkapan alam, maka diperlukan alternatif melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan usaha budidaya pembenihan belut sawah. Terakhir, perlu adanya pembinaan dari dinas
terkait untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada pembudidaya belut,
sehingga mereka memperoleh informasi tentang inovasi budidaya pembesaran belut
sawah di media kolam terpal.
Daftar Pustaka
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Lampung, 2010. Petunjuk
Pemeliharaan Belut Sawah. Bandar Lampung : Sekretariat Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung.
Muktiani. 2008. Menggeluti Bisnis Belut. Yogjakarta : Pustaka Baru Press
Taufik A. dan Saparinto C. 2008. Usaha Pembesaran Belut. Surabaya :
Penebar Swadaya.