14 Des 2017

Perencanaan Usaha Budidaya Pembesaran Belut Sawah Pada Media Kolam Terpal

Oleh  :
Hendy Dwi Setiawan, S.PKP *)
*) Penyuluh Perikanan Pertama di Puslatluh KP, BRSDM KP; wilayah penugasan Kabupaten Way Kanan, Lampung


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belut merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai bentuk tubuh bulat memanjang, bertubuh licin dan hanya memiliki sirip punggung saja. Belut biasanya suka memakan ikan-ikan yang masih berukuran kecil. Habitat alami belut adalah rawa-rawa, sungai-sungai kecil dan sawah.
Sebagian besar penduduk Indonesia khususnya masyarakat Lampung, sudah sejak lama mengenal dan menggemari masakan dari olahan daging belut.  Akan tetapi untuk mendapatkan daging belut segar masih relatif sulit, karena keterbatasan ketersediaan belut segar di pasaran, baik di pasar tradisional, pasar modern maupun pasar swalayan.  Hal ini dikarenakan belut sawah yang dijual sebagian besar merupakan hasil dari tangkapan di alam, bukan dari hasil budidaya.  Kondisi ini diperparah dengan keadaan sawah yang merupakan habitat alami belut sawah yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dampak dari penggunaan pestisida kimiawi yang telah berlangsung sejak lama, sehingga jumlah belut sawah yang hidup di habitatnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu. 
Hewan licin mirip ular ini jika dilihat sekilas akan tampak menyeramkan atau menjijikkan, akan tetapi belut mempuyai potensi nilai ekonomis yang tinggi.  Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin meningkatnya permintaan konsumen terhadap komoditas belut sawah dari tahun ke tahun.  Prospek bisnis belut tidak hanya cemerlang di dalam negeri saja, tetapi juga untuk pasar di luar negeri sebagai komoditas ekspor.  Licinnya belut seakan-akan menjadi simbol bahwa menjalani usaha agribisnis belut dapat mendatangkan banyak keuntungan (Muktiani, 2010).

Tujuan
Tujuan disusunnya laporan perencanaan usaha perikanan ini adalah antara lain :
  1. Mengetahui hal-hal yang harus dipersiapkan dalam rencana budidaya pembesaran belut sawah;
  2. Memberikan gambaran perencanaan dalam usaha perikanan budidaya pembesaran belut sawah sehingga dapat diketahui kelayakan usaha ini;

Perumusan Masalah
Mengingat kandungan gizi daging belut yang cukup tinggi dan prospek harga jual yang relatif menguntungkan, pertanyaan yang kemudian muncul adalah : apakah usaha agribisnis pembesaran belut sawah di media kolam terpal dapat dilakukan dari segi analisis faktor teknis dan non-teknis? Jika dapat dilakukan, apakah usaha agribisnis pembesaran belut sawah di media kolam terpal layak untuk diusahakan?  Dengan demikian artikel ini ditulis untuk memaparkan tentang jenis dan karakteristik belut sawah (Monopterus albus), teknis budidaya pembesaran belut sawah di media  kolam terpal, serta kelayakan usaha agribisnis pembesaran belut sawah di media  kolam terpal.  Di akhir pembahasan akan dipaparkan pula hambatan atau masalah yang mungkin terjadi dalam usaha agribisnis tersebut serta alternatif solusi pemecahan masalahnya.
 
Belut Sawah

ANALISA PELUANG PASAR
Keunggulan Jenis Komoditas
Ada beberapa asumsi yang memberikan keunggulan bagi budidaya pembesaran belut sawah diantaranya yaitu : (1) pemeliharaan belut sawah relatif mudah, (2) kebutuhan masyarakat akan daging belut relatif cukup tinggi, (3) jumlah pembudidaya ikan belut sawah di Lampung masih relatif sedikit, (4) intensitas serangan hama dan penyakit belut sawah relatif rendah, (5) daging belut sawah kaya akan gizi, dan (6) produknya tidak terpengaruh oleh waktu, artinya jika pada hari tersebut tidak laku untuk di jual maka belut tersebut tidak akan mati akan tetapi dapat di jual pada lain waktu.  Kandungan gizi pada belut sawah relatif lebih tinggi dibandingkan komoditas lainnya.  Sebagai contoh, nilai energi konsumsi belut sebesar 303 kkal/100 gram, sedangkan nilai energi telur hanya 162 kkal/100 gram dan nilai energi daging sapi sebesar 207 kkal/100 gram; sementara nilai protein pada belut sebesar 18,4 gram/100 gram,   sedangkan protein daging sapi sebesar 18,8 gram/100gram dan protein telur sebesar 12,8 gram/100 gram).  Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari balita hingga usia lanjut (Taufik dan Saparinto, 2008).

Keunggulan Harga Komoditi
Pada saat ini, harga belut sawah untuk pasar Lampung masih berfluktuasi antara Rp. 20.000 hingga Rp. 30.000 per kilogramnya.  Hal ini berarti komoditas belut sawah masih cukup menjanjikan untuk dikembangkan dan dibudidayakan.
Belut sawah merupakan salah satu bahan pangan protein hewani yang sudah sejak lama dikonsumsi dan digemari oleh masyarakat luas. Akan tetapi, hingga saat ini guna memenuhi kebutuhan tersebut masih mengandalkan belut sawah dari hasil tangkapan di alam.  Kondisi terkini dari habitat asli belut sawah semakin lama semakin mengkhawatirkan dampak dari penggunaan pestisida kimiawi di lahan sawah yang telah berlangsung sejak lama, sehingga jumlah belut sawah yang hidup di habitatnya akan semakin berkurang seiring berjalannya waktu.  Guna menjaga eksistensi belut sawah serta memenuhi permintaan kebutuhan konsumen, maka perlu dilakukan upaya-upaya pembudidayaan belut sawah, mulai dari pembenihannya hingga pembesarannya.

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI
Jenis dan Karakteristik Belut Sawah
Sedikitnya ada 3 (tiga) jenis belut yang berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia yaitu : Syinbranchus bengalensis, Macrotrema calligans dan Monopterus albus (Fluta alba).  Ketiga jenis belut tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan dalam famili Syinbranchidae dan ordo Syinbranchoidea (Muktiani, 2010). 
Karateristik belut dapat identifikasi dari habitatnya maupun dari fisiknya.   Ditinjau dari habitatnya, belut mempunyai genus dan spesies yang sedikit, tetapi memiliki habitat hidup yang cukup luas, mulai dari perairan tawar hingga perairan payau atau asin.  Belut hidup pada perairan yang dangkal tidak lebih dari 150 cm, dengan dasar lumpur, tanah liat berair, seperti di sawah, tepian rawa, danau atau sungai atau genangan air lainnya (Taufik dan Saparianto, 2008).
            Dilihat dari kondisi fisiknya, belut merupakan hewan karnivora, yaitu pemakan hewan lain (hewan pemakan daging).  Ciri-ciri hewan karnivora adalah : memiliki gigi yang runcing, memiliki lambung yang besar, usus pendek tebal dan elastis.  Belut termasuk hewan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal).  Belut juga termasuk hewan hemaprodit protogoni, yaitu mengalami perubahan kelamin dalam masa hidupnya.  Awal kehidupan belut muda berkelamin betina, kemudian akan berubah menjadi jantan.  Belut betina berwarna lebih cerah, sedangkan belut jantan warna tubuhnya lebih gelap keabu-abuan. 

Proses Pembesaran Belut Sawah
          Proses pembesaran belut sawah terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap penyiapan sarana dan peralatan, tahap penyiapan benih, tahap perlakukan dan perawatan benih, serta tahap pemeliharaan  pembesaran.  Setelah itu belut dapat dipanen untuk dipasarkan kepada konsumen.  Berikut pemaparan dari setiap tahapan tersebut.

Penyiapan Sarana dan Peralatan
Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya pembesaran belut sawah harus dibedakan antara lain : kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-50 cm. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut.  Ukuran kolam untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/ m2,  kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m2 dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2 serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut siap panen berukuran 30-50 cm.
Pembuatan kolam terpal dalam usaha budidaya pembesaran belut sawah hanya digunakan untuk menampung media yang disusun dari beberapa bahan organik untuk kelangsungan hidup belut sawah.  Pembuatan kolam terpal dilakukan dengan cara membuat kerangka dari kayu dan papan berbentuk kotak (balok tanpa tutup) kemudian pasang terpal dengan paku.  Setelah kolam terpal selesai dibuat, maka sebaiknya terpal dicuci dan dibilas dahulu dengan air bersih agar bau dan kandungan kimiawi pada terpal baru dapat hilang.  Setelah itu, kolam terpal dapat diisi dan disusun dengan media hidup belut. Media hidup belut sawah dalam kolam terpal terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Cara pembuatan medianya yaitu, kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat dengan ketebalan seluruhnya sekitar 30 cm,   air yang mengandung bahan organik dapat dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm.  Pada proses itu media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah.
Dalam proses penyiapan media, banyak peralatan yang digunakan. Peralatan lain yang diperlukan dalam tahapan ini antara lain  media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, serta ember plastik untuk menampung benih belut sementara. 

Penyiapan Benih
Proses penyiapan benih diawali dengan menyiapkan anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif.  Ukuran benih belut sawah yang diperlukan berkisar antara 5-8 cm.  Benih belut tersebut dipelihara selama empat bulan dalam dua tahapan dengan masing-masing tahapannya selama dua bulan.
Benih belut sawah dapat diperoleh dari hasil pembenihan (jika sudah ada) atau bisa juga benih belut sawah yang diperoleh dari sarang-sarang benih yang ada di alam yang ditangkap menggunakan tangan atau alat tangkap bubu.  Benih belut yang akan digunakan dalam usaha agribisnis pembesaran belut sawah sebaiknya bukan benih belut sawah yang berasal dari tangkapan menggunakan alat setrum listrik, karena benih belut akan terluka dan/ atau mandul serta biasanya benih belut tersebut akan lambat pertumbuhannya.
Benih belut yang berukuran 5-8 cm  dapat segera ditempatkan di media pada kolam terpal dengan syarat setelah media untuk kelangsungan hidup belut dipastikan sudah siap (matang).  Media yang dapat dinyatakan siap ditebar benih belut (matang) adalah media yang sudah tidak panas ketika kita celupkan tangan kita ke dalam media tersebut dan media tersebut sudah terdapat jasad-jasad renik seperti cacing tanah dan lainnya.  Apabila benih belut masih berukuran 2-3 cm, maka benih belut tersebut ditempatkan di kolam pendederan calon benih terlebih dahulu selama kurang lebih satu bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. 

Perlakuan dan Perawatan Benih
Benih belut sawah harus diperlakukan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang.  Air yang digunakan sebaiknya air yang bersih dan lebih baik lagi dengan air yang mengalir. 
Dalam merawat benih belut sawah pada budidaya pembesaran, perlu diperhatikan pula hama dan penyakit yang bisa mengganggu kehidupan belut.   Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain : berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.  Adapun di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing.  Pemeliharaan belut secara intensif biasanya tidak banyak diserang hama.  Namun penyakit juga sering mengincar keberlangsungan hidup belut.  Penyakit yang umum menyerang belut adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung, 2010).

Pemeliharaan Pembesaran
          Pemeliharaan pembesaran belut terdiri dari pemupukan, pemberian pakan dan pemeliharaan kolam dan tambak.  Pada proses pemupukan, jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur.  Selain itu pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.           
          Pakan yang diberikan dapat berupa makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar atau belatung.  Makanan tersebut diberikan setiap 10 hari sekali.
          Pemanenan belut dapat dilakukan setelah belut berumur 3 – 5 bulan.  Hal ini bergantung dari permintaan ukuran konsumen di pasaran.  Konsumen di pasaran lokal biasanya lebih menyukai belut yang dipanen berumur 3 – 4 bulan, sedangkan pasar ekspor ke manca negara biasanya belut yang berumur 5 – 6 bulan.  Belut yang dipanen dapat berupa 2 jenis komoditas yaitu benih yang dijual untuk budidaya pembesaran dan belut ukuran konsumsi (besarnya dan panjangnya sesuai dengan permintaan konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain : bubu (posong), jala bermata lembut, pancing atau dengan cara pengeringan air kolam dan pembongkaran media sehingga belut tinggal diambil saja menggunakan tangan secara manual.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah merupakan teknik budidaya ikan yang tidak terlalu rumit.  Hal ini dikarenakan budidaya belut sawah dapat dilakukan pada lahan yang sempit, tanpa harus meluangkan waktu khusus untuk budidaya, tanpa pembelian pakan buatan yang harganya relatif mahal dan pembuatan media hidup belut yang dapat dipergunakan kembali pada siklus produksi selanjutnya.

IDENTIFIKASI KELAYAKAN USAHA
Analisis kelayakan rencana usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah di media  kolam terpal dengan asumsi sebagai berikut :
1.    Jenis belut yang dibesarkan adalah belut sawah (Monopterus albus)
2.    Pembesaran dilakukan menggunakan media yang disusun pada wadah budidaya kolam terpal berukuran 4 x 6 meter dengan luas kolam sebesar 24 m2 sebanyak 3 (tiga) unit.
3.    Benih belut sawah yang ditebar berukuran 5 – 8 cm dengan populasi tebar sebanyak 2400 ekor.  Padat penebaran pada tahap pembesaran I adalah 100 ekor/ m2, sedangkan pada tahap pembesaran II adalah 50 ekor/m2.
4.    Pemeliharaan dilakukan selama kurun waktu 4 bulan (terbagi atas tahap pembesaran I selama 2 bulan dan tahap pembesaran II selama 2 bulan) dengan tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate / SR) sebesar 90% dengan tingkat kematian (mortalitas) sebesar 5 – 10%.
5.    Perkiraan hasil panen per siklus budidaya dapat diperoleh sebanyak 108 kilogram belut segar (dengan asumsi 90% x 2400 ekor x 50 gram/ ekor).  Harga penjualan belut rata-rata pada saat panen sebesar Rp 25.000,-
6.    Masa pakai kolam terpal selama 4 tahun, masa pakai media hidup belut selama 1 tahun dan masa pakai perlengkapan lainnya adalah 5 tahun.
7.    Usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah dijalankan sendiri oleh pemilik beserta keluarganya, tanpa dibantu oleh pegawai.
8.    Siklus budidaya dengan menggunakan 3 (tiga) unit kolam terpal, maka 1 unit digunakan untuk pembesaran tahap pertama dengan padat tebar 100 ekor/ m2 (Kolam A) dan 2 unit kolam terpal lainnya digunakan untuk pembesaran tahap kedua dengan padat tebar 50 ekor/ m2 (Kolam B dan Kolam C).  Pada saat kolam B dan kolam C sudah panen, maka benih di kolam A sudah siap untuk dipindahkan ke kolam B dan kolam C, karena kolam A sudah ditebar beberapa hari setelah dipindah ke kolam B dan kolam C pada 2 bulan sebelumnya dan begitu pula seterusnya.  Dengan demikian dalam 1 (satu) tahun budidaya dapat panen sebanyak 5 kali dengan masa pemeliharaan selama 4 bulan dengan sistem budidaya terpadu (tumpang sari).

Proyeksi Keuangan Selama 1 Tahun
1. Biaya Investasi
a. Biaya pembuatan kolam terpal 3 unit                         
1). Bambu; jari-jari 5 cm, p=6-8 m (25 bh@Rp 8.000)                        Rp     200.000
2). Kayu Jati; diameter 10cm, p=1,5 m (20 bh@Rp 15.000)               Rp     300.000
3). Terpal; tebal ukuran 6x8 m (3 bh @ Rp 215.000)                          Rp     645.000
4). Paku; berbagai ukuran         (1 Paket)                                            Rp       50.000
5). Biaya upah tukang (6 HOK @ Rp 80.000)                                     Rp     480.000
            Total Biaya Pembuatan Kolam Terpal 3 unit                                Rp  1.675.000
b. Mesin Pompa Air (1 unit @ Rp 350.000)                                             Rp     350.000
c. Selang air (50 m @ Rp 6.000)                                                              Rp     300.000
d. Paranet/ Shading net (75 m2 @ Rp 5.000)                                          Rp     375.000
e. Biaya pemasangan listrik PLN 900 VA (1 paket)                                 Rp  2.500.000
f. Tangki air 225 Liter           (1 unit)                                                         Rp     450.000
g. Biaya pembuatan menara tangki air (1 paket )                                    Rp     850.000
            Total Biaya Investasi                                                                  Rp  6.500.000

2. Biaya Tetap Selama 1 Tahun
a. Penyusutan kolam terpal  (1/4 x Rp 1.675.000)                                 Rp     418.750
b. Penyusutan mesin pompa air (1/5 x Rp 350.000)                              Rp       70.000
c. Penyusutan selang air (1/5 x Rp 300.000)                                         Rp       60.000
d. Penyusutan paranet/ shading net (1/5 x Rp 375.000)                        Rp       75.000
e. Penyusutan bak tong penampung air (1/5 x Rp 300.000)                  Rp       60.000
f. Penyusutan menara tangki air (1/5 x Rp 850.000)                              Rp     170.000
            Total Biaya Tetap Selama 1 Tahun                                          Rp     853.750
                                   
3. Biaya Variabel (Biaya Tidak Tetap)
a. Media budidaya (3 paket)                                                                  Rp  1.350.000
b. Benih belut sawah ukuran 5-8 cm       (12000 ekor; 60 Kg)              Rp  3.000.000
c. Pakan tambahan; jangkrik, belalang, belatung dll. (5 paket)             Rp     500.000
d. Vaksin dan Obat-obatan (5 paket)                                                     Rp     300.000
e. Tagihan listrik PLN          (12x15 kwh @ Rp 800)                              Rp     144.000
            Total Biaya Variabel (Biaya Tidak Tetap)                               Rp  5.294.000

4. Biaya Operasional Selama 1 Tahun
Biaya Operasional   = Total biaya tetap + Total biaya variabel            
                                                = Rp  853.750 + Rp 5.294.000
                                                = Rp 6.147.750
5. Pendapatan Per Tahun
            = Jumlah belut yang dipanen x Harga jual rata-rata                
            = (5 x 108 Kg) x Rp 25.000/Kg                  
            = 540 Kg x Rp 25.000/Kg               
            = Rp 13.500.000                 

6. Keuntungan Per Tahun
= Pendapatan - Biaya Operasional                     
= Rp 13.500.000 - Rp 6.147.750              
            = Rp 7.352.250                    
                                   
7. Keuntungan Per Bulan
            = Keuntungan 1 Tahun / 12 Bulan                     
            = Rp 7.352.250 / 12 bulan             
            = Rp  612.687,5                   
                                   
Analisis Kelayakan Usaha
1. Cash Flow
            = Laba bersih per tahun + Modal Investasi                    
            = Rp 7.352.250 + Rp 6.500.000                
            = Rp13.852.250                  

2. RC Ratio
            = Total pendapatan / Total Biaya Operasional              
            = Rp 13.500.000 / Rp 6.147.750               
            = 2,196                      

3. Pay Back Periode
            = Total Biaya Investasi / Laba usaha per bulan            
            = Rp 6.500.000 / Rp 612.687                    
            = 10,61          
4. Break Event Point (BEP)         
a. BEP Harga Produksi                            
            = Total biaya operasional / Jumlah produksi                 
            = Rp 6.147.750 / 540 Kg                
            = Rp 11.384,7
                                   
b. BEP Volume Produksi                        
            = Total biaya operasional / (Harga per unit - Biaya variabel per unit)                        = Rp 6.147.750 / (Rp 25.000 - (Rp 5.294.000/540 kg))                   
            = Rp 6.147.750 / (Rp 25.000 - Rp 9.804)            
            = Rp 6.147.750 / Rp 15.196                      
            = 404,56 Kg

Berdasarkan uraian analisis kelayakan usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah (Monopterus albus) di media kolam terpal dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih per tahun dapat mencapai Rp  13.500.000,- sehingga pendapatan bersih per bulan adalah sebesar Rp 612.687.  Berdasarkan hasil perhitungan RC Ratio yang bernilai 2,196 maka usaha pembesaran belut sawah dinyatakan layak karena nilai R/C lebih lebih dari 1,0.  Nilai R/C sebesar 2,196 berarti bahwa setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 1.000,- maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.196,-.  Nilai Break Event Point (BEP) harga produksi sebesar Rp 11.385,-/kilogram, artinya titik impas pada usaha pembesaran belut sawah ini akan tercapai dengan harga jual belut sawah ukuran konsumsi pada saat panen sebesar Rp 11.385,- per kilogramnya.  Sedangkan nilai Break Event Point (BEP) volume produksi sebesar 404,56 artinya titik impas pada usaha pembesaran belut sawah ini akan tercapai pada saat produksi belut konsumsi terjual sebanyak 404,56 kilogram.

IDENTIFIKASI AKSES PERMODALAN
Dalam rangka peningkatan usaha produksi budidaya pembesaran belut sawah perlu disertai dengan penguatan modal sehingga budidaya pembesaran belut sawah bisa meningkatkan produksinya dan mampu memenuhi permintaan pasar.  Oleh karena itu dibutuhkan suntikan dana atau tambahan modal ada beberapa akses permodalan yang bisa digunakan antara lain :
  1. Dengan menggunakan pinjaman dari Perbankan dengan program KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) merupakan program pemerintah untuk membantu usaha bidang pertanian dan perikanan dalam peningkatan skala usahanya yaitu dengan memberikan bunga 0.5 % perbulan dengan angsuran sesuai dengan jangka musim tanam (mengangsur 3 – 4 bulan sekali).
  2. Bantuan pinjaman bank dengan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada dasarnya sama dengan program KKPE namun untuk program KUR bisa diakses dan difasilitasi oleh bank pemerintah BNI/BRI dengan bunga 9% per tahun.
  3. Bantuan berupa dana bergulir ataupun hibah dari pemerintah sebagai dana stimulan bagi pelaku utama untuk meningkatkan usaha budidaya perikanan

PENUTUP
Kesimpulan
         Berdasarkan uraian analisis kelayakan usaha budidaya belut sawah di media  kolam terpal, maka dapat disimpulkan bahwa budidaya pembesaran belut sawah di media  kolam terpal sangat mudah dilakukan dan tidak membutuhkan modal investasi yang relatif besar, sehingga memungkinkan pembudidaya ikan untuk membudidayakannya.  Selain itu usaha budidaya belut sawah di media  kolam terpal layak diusahakan oleh pembudidaya ikan, karena memberikan penghasilan per bulan lebih dari setengah juta rupiah (Rp 612.687,-/bulan) dan panen sebanyak 5 kali dalam 1 tahun. 
         Untuk meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan belut, maka disarankan pada pembudidaya ikan untuk memperluas skala usaha agribisnis budidaya belut padi sawah di media  kolam terpal, sehingga produksi meningkat dan pendapatan pembudidaya ikan belut meningkat.  Selain itu, salah satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah harus dipastikan bahwa benih belut sawah yang akan dibudidayakan merupakan benih belut hasil pembenihan (jika sudah ada) atau hasil tangkapan dengan cara yang benar seperti menggunakan tangan atau dengan alat tangkap bubu, tetapi bukan benih belut yang berasal dari tangkapan menggunakan alat setrum listrik.  Guna mendukung keberhasilan dan keberlanjutan usaha agribisnis budidaya pembesaran belut sawah, kebutuhan benih belut sawah yang hingga saat ini masih mengandalkan dari hasil tangkapan alam, maka diperlukan alternatif melalui kegiatan penelitian dan pengembangan usaha budidaya pembenihan belut sawah.  Terakhir, perlu adanya pembinaan dari dinas terkait untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada pembudidaya belut, sehingga mereka memperoleh informasi tentang inovasi budidaya pembesaran belut sawah di media kolam terpal.


Daftar Pustaka

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung, 2010. Petunjuk Pemeliharaan Belut Sawah. Bandar Lampung : Sekretariat Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung.

Muktiani. 2008. Menggeluti Bisnis Belut. Yogjakarta : Pustaka Baru Press


Taufik A. dan Saparinto C. 2008. Usaha Pembesaran Belut. Surabaya : Penebar Swadaya.
Baca Selengkapnya...