20 Nov 2016

Kinerja Penyuluh Perikanan: Masih Perlukah dipertanyakan?

Sebagai penyuluh perikanan, saya merasakan masih sangat junior, mulai mengabdi dan menjadi CPNS pada tahun 2012 dan baru resmi diangkat dalam jabatan fungsional penyuluh perikanan pada tahun 2015. Badan  Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Banyuasin adalah instansi dimana saya bertugas.
Panen Ikan Pantin Penyuluh Perikanan Bersama Kelompok Binaannya
Saya mulai bekerja dan di tempatkan di Kecamatan Air Kumbang yang berjarak sekitar 60 km dari tempat tinggal saya. Bisa dikatakan bahwa wilayah binaan saya ini merupakan daerah yang kurang berpotensi dikarenakan air di daerah ini sangat asam yaitu berkisar antara 4-5. Namun demikian, ternyata antusiasme masyarakat di wilayah binaan saya untuk berbudidaya sangat tinggi, dengan keadaan sumberdaya alam yang ekstrim ternyata mereka besemangat setiap mendapatkan pembinaan dari saya sebagai penyuluh perikanan.

Antusiasme yang begitu tinggi telah menjadi penyemangat bagi saya, ditahun pertama saya ditugaskan, saya telah berhasil menumbuhkan sebanyak 6 (enam) kelompok pelaku utama perikanan. Hingga saat ini, ternyata kelompok binaan saya tersebut masih aktif walau belum pernah di sentuh bantuan dari pemerintah pusat. Tahun 2013, saya mendapatkan tugas tambahan dari Kepala BP4K untuk menjadi petugas operator simluh. Ditengah pembinaan kepada pelaku utama yang berat, saya masih harus bertangungjawab untuk menjadi admin simluh dengan tugas utama entry dan update data simluh seluruh kabupaten Banyuasin.

Walaupun secara pribadi, saya merasa menikmati tugas tambahan menjadi operator simluh. Tetapi, pekerjaan ini tetap merupakan pekerjaan yang berat. Dan faktanya, penghargaan yang saya dapatkan, sering kali tidak linier dengan beban tugas yang tinggi tersebut.

Karena adanya kebijakan dari Bupati Banyuasin, pada tahun 2014, sebanyak 12 orang penyuluh perikanan yang semula berada di BP4K, 9 diantaranya dipindahkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan. Saya merupakan bagian dari penyuluh yang dipindahkan ke Dinas Perikanan dan Kelautan dan menempati wilayah kerja yang baru di Kecamatan Talang Kelapa.

Kecamatan Talang Kelapa merupakan kawasan Minapolitan dengan potensi sumberdaya alam yang bagus. Sebelum saya ditempatkan di Kecamatan Talang Kelapa, jumlah kelompok pelaku utama perikanan hanya ada 3 (tiga) saja. Namun setelah penempatan saya hingga sekarang jumlah kelompok telah berkembang menjadi 36 (tiga puluh enam) kelompok.

Kebanggan tersendiri bagi saya karena pada saat saya bertugas di Kecamatan Talang Kelapa, kelompok binaan saya berhasil meraih juara 2 (dua) lomba GEMPITA yang diadakan di Padang pada tahun 2014.

Terakhir, yang juga paling membanggakan bagi saya adalah ketika saya didaulat menjadi narasumber nasional pada acara penyebarluasan IPTEK melalui Video Conference (Vicon). Walaupun sebagai narasumber saya harus swadaya dalam menyiapkan segala sesuatu, termasuk menyiapkan materi dan bahan praktek, tetapi saya sangat bangga karena dapat menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan wawasan baru kepada masyarakat di seluruh Indonesia melalui fasilitas vicon. Bagi saya, menjadi narasumber nasional dalam acara Vicon merupakan suatu prestasi dan benar-benar menjadi ladang amal bagi saya.

Kekecewaan terkadang menggelanyut, ketika ada suara-suara sumbang yang mempertanyakan kinerja penyuluh perikanan. Ingin sekali saya menantang kepada mereka yang mempertanyakan kinerja penyuluh perikanan untuk menggantikan posisi saya sebagai penyuluh perikanan, agar mereka merasakan bagaimana beratnya menjadi penyuluh.

Jika mau diukur, dengan keterbatasan yang ada, kinerja penyuluh perikanan tidak akan dapat diukur dengan materi sekalipun. Penyuluh perikanan bekerja dan pergi ke wilayah binaan dengan tanpa SPPD, yang ada justru menyisihkan gaji/ hak kami untuk transportasi. Bersyukurlah jika di wilayah Kabupaten/ Kota/ Provinsi yang telah memberikan biaya operasional, tunjangan lain-lain, dan biaya makan.

Banyak permasalahan yang kami hadapi, kendala keamanan wilayah yang harus mempertaruhkan nyawa, jalan yang sangat ekstrim ke lokasi kerja sampai susah membedakan mana daratan dan perairan, jauhnya lokasi kerja dari rumah dengan biaya operasional yang kurang memadai kami terima.

Selama saya bekerja sebagai penyuluh perikanan, saya tidak pernah mengalami mendapatkan biaya transport, ataupun tunjangan lain-lain, tetapi hal ini tidak memadamkan semangat kami dalam berkarya dan membina pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai penyuluh perikanan, kami selalu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang membutuhkan dengan tidak pernah mengharapkan imbalan dan balas jasa.

Pernahkah pemerintah pusat memperhatikan penyuluh perikanan didaerah, yang dengan keterbatasannya, mereka mampu menjadi seorang yang multitalent dalam melakukan pembinaan kepada pelaku utama? Kami tidak pernah menuntut apapun baik pemerintah daerah atau pusat, kami hanya ingin bahwa profesi penyuluh perikanan dihargai dan tidak dipandang sebelah mata. Kami merupakan agen perubahan, ujung tombak dan ujung tombok, namun ternyata penghargaan kepada kami sebagai penyuluh perikanan masih sangat kurang.

Semoga cerita dari saya membuka mata dan telinga bahwa kami ini penyuluh perikanan ini adalah yang turut sumbangsih suksesnya program kerja daerah maupun pusat. Tanpa adanya kami kedepan jangan harap kelompok akan terus bertambah dan berkembang. Karena hanya penyuluh yang bisa mempertahankan keberadaan kelompok. Bukan pemerintah pusat atau daerah.

Ditulis oleh Triana Mareta, S.Pi - Banyuasin, Sumsel.
Share:  

0 komentar:

Posting Komentar