22 Des 2016

Penyuluh Perikanan Kabupaten Temanggung Jadi Narasumber Pelatihan Budidaya Cacing Sutera (Tubifex, sp)

FKP3D, Korwil Barat - 21 Desember 2016, bertempat di balai desa Barang, Kecamatan Jumo, Temanggung, Jawa Tengah telah diadakan pelatihan Budidaya Cacing Sutera dengan menghadirkan penyuluh perikanan, Mahmud Effendi, S.Tr.Pi sebagai narasumber.

Pelatihan yang dihadiri oleh sekitar 25 orang peserta tersebut merupakan program pemberdayaan masyarakat dalam rangka pemanfaatan dana desa. Melalui kerjasama dengan penyuluh perikanan setempat, desa memutuskan untuk mengadakan pelatihan budidaya cacing sutera.
Kegiatan pelatihan dengan Narasumber dari penyululuh perikanan
Diakui oleh kepala desa Barang, yang sebelumnya pernah menjadi pembenih lele dan juga sempat membudidayakan cacing sutera dengan nampan. Bahwa selama ini, usaha pembenihan lele seringkali terkendala akan kebutuhan cacing sutera. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini, peserta bisa melirik bisnis budidaya cacing sutera minimal untuk memenuhi kebutuhan benih ikan akan cacing sutera secara mandiri.

Lebih lanjut, kepada desa menjelaskan bahwa misi dari pelatihan ini adalah untuk menambah penghasilan alternatif selain dari menanam padi di sawah dan menanam tembakau sebagai usaha kebanyakan petani di Temanggung. Fasilitasi pelatihan melalui dana desa dimaksudkan dapat menggerakkan masyarakat desa untuk budidaya cacing sutera sehingga dapat menambah penghasilan dan untuk menghidupkan kembali pembenihan lele dengan menyiapkan pakannya terlebih dahulu berupa cacing sutera.

Sementara itu, menurut Mahmud, budidaya cacing sutera memang bisnis yang menjanjikan. Hal ini karena kebutuhan akan cacing sutera di Temanggung masih sangat tinggi dan kebanyakan mengambil dari alam atau membeli dari penangkap dan pengepul dari luar Temanggung.

"Kebutuhan cacing sutera di Kabupaten Temanggung hampir mencapai 200 Liter/ minggu, sehingga peluang bisnis ini sangat menjanjikan. Peluang inilah yang ditawarkan kepala desa kepada warganya melalui pelatihan" Lanjut Mahmud. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

21 Des 2016

Agus S.St.Pi Merancang dan Modifikasi Alat Tangkap Bubu yang Murah dan Ramah Lingkungan Untuk Nelayan Kecil

FKP3D, Korwil Tengah - Agus S.St.Pi adalah sosok penyuluh perikanan yang patut diapresiasi dalam komitmentnya memberikan manfaat kepada masyarakat pelaku utama di wilayah kerjanya. Dalam keterbatasan, Agus, secara mandiri berhasil merancang, membuat dan menguji coba alat tangkap bubu yang murah dan ramah lingkungan.

Agus merupakan penyuluh perikanan yang bekerja pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Daerah (BKP3D) kabupaten Nunukan dan ditempatkan di wilayah kerja Kecamatan Sebatik Barat, bagian dari Pulai Sebatik, yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Kebiasaan masyarakat nelayan kecil diwilayah binaannya adalah menangkap ikan dengan menggunakan bubu (alat perangkap ikan yang berbentuk setengah bola, yang ditempatkan secara menetap disuatu kawasan tertentu). Nelayan biasa memasang alat bubu tersebut didaerah karang atau di dekat lokasi budidaya rumput laut.
Rancang bangun Bubu hasil modifikasi yang dibuat oleh Agus, S.St.Pi 
Satu hal yang membuat Agus merasa perlu untuk berbuat sesuatu adalah bahwa bubu yang berbentuk setengah bola tersebut kurang praktis dan sulit dalam pengoperasiannya. Tidak hanya itu, ternyata bubu tersebut juga didatangkan dan dibeli oleh para nelayan Sebatik Barat dari daerah Tawau, Malaysia dengan harga yang cukup mahal.

Harga yang mahal serta cara pengoperasiannya yang tergolong sulit tersebut, membuat Agus mulai berpikir untuk membantu masyarakat pelaku utama perikanan di wilayah binaannya dengan mulai merancang dan membuat bubu yang lebih murah, tahan lama, dan lebih ramah lingkungan.

Rancang bangun bubu yang didesain oleh Agus berbentuk balok dengan volume sekitar 1 M3 dan dibuat dengan menggunakan bambu. Bambu dipilih karena mudah didapatkan dan telah terbukti lebih tahan lama jika diremdam di air laut.

Sebenarnya, rancang bangun bubu yang didesain oleh Agus merupakan modifikasi dari bubu yang sudah ada dengan mengubah bentuk dan desainnya agar mudah dibuat dan dioperasikan di lapangan. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya didapatkan sebuah desain yang menurut Agus cukup simpel, mudah dan cepat dalam pembuatannya.

"Bubu konvensional yang berbentuk setengah bola sangat susah dalam pembuatannya, waktu yang dibutuhkan untuk membuat bubu tersebut bisa mencapai 1 bulan, untuk itu saya modifikasi agar mudah dibuat dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam pembuatannya" Jelas Agus bersemangat.

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa bubu rancangannya dapat dibuat hanya dalam waktu kurang lebih 1 minggu saja. Hal ini tentunya akan sangat menghemat waktu dalam hal pembuatannya. Selain itu, bubu yang berbentuk balok ternyata lebih kokoh dan juga lebih mudah dalam hal pengoperasiananya.

Setelah diperkenalkan dan diujicoba oleh masyarakat diwilayah binaannya, ternyata hasil tangkapan bubu yang dibuat oleh Agus tidak kalah dengan bubu konvensional. Banyak diantara nelayan yang berminat untuk mengunakan bubu hasil rancangan Agus.

Perlu diketahui bahwa dalam sekali trip (3 hari sekali) masyarakat nelayan bisa mendapatkan penghasilan rata-rata RP 200.000-Rp 500.000 dari hasil tangkapan menggunakan bubu. Oleh karena itu, mereka sangat tertarik untuk menggunakan bubu hasil rancangan Agus dengan pertimbangan lebih murah dan lebih tahan lama.
Ikan hasil tangkapan yang berhasil diperoleh dengan menggunakan Bubu yang dirancang oleh Agus
Hal yang sekarang menjadi kendala terbesar adalah bahwa belum ada dukungan baik dari pemerintah maupun swasta untuk menfasilitasi pelatihan pembuatan bubu hasil rancangan Agus. Padahal, jika ada pelatihan khusus tentang pembuatan bubu hasil rancangannya, tentu masyarakat akan bisa mandiri. Mereka bisa membuat bubu sendiri dengan kualitas yang bagus tanpa harus membeli dengan harga yang cukup mahal.

Agus sangat berharap bahwa tahun depan, dia bisa mengadakan pelatihan pembuatan bubu hasil rancangannya. Oleh karena itu, mulai saat ini dia sudah mulai bergerak mencari sponsor guna mendapatkan dana untuk mengadakan pelatihan secara mandiri. Ada yang berminat untuk menjadi sponsor? Silahkan hubungi redaksi FKP3D. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

19 Des 2016

Poklahsar Bismillah Harapan Kami Kota Payakumbuh Terima Bantuan Peralatan Pengolahan Hasil Perikanan

FKP3D, Korwil Barat - Kamis, 15 November 2016 Bertempat di Sekretariat Poklahsar Bismillah Harapan Kami Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh telah diserahkan secara simbolis bantuan peralatan pengolahan hasil perikanan dari Bidang PPH Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Payakumbuh.
Serah terima bantuan dilakukan secara simbolis oleh kepada dinas peternakan dan perikanan Kota Payakumbuh

Kegiatan serahterima peralatan pengolahan hasil perikanan yang dibarengi dengan acara tasyakuran tersebut juga mengundang Camat Payakumbuh Selatan, Kepala Puskesmas Padang Karambia dan Lurah Kapalo Koto Ampang, Kecamatan Payakumbuh Selatan.

Ketua Poklahsar Bismillah Harapan Kami, Nelmita dalam sambutannya menyatakan sangat berterimakasih atas bantuan yang telah diberikan dan berjanji akan memanfaatkan batuan tersebut seoptimal mungkin untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan anggota secara khusus dan masyarakat sekitar pada umumnya.

Bantuan yang berasal dari dana DAK dengan nilai total sekitar Rp 60.000.000 (enampuluh juta rupiah) tersebut diserahkan secara langsung oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Payakumbuh Ir. Depi Sastra. Poklahsar yang merupakan binaan dari penyuluh perikanan kecamatan payakumbuh selatan tersebut merupakan satu-satunya poklahsar yang pantas mendapatkan batuan di tahun 2016 ini karena perkembangannya yang menunjukkan peningkatan dari tahun ke-tahun.

Sementara, pada sambutannya, Ir. Depi Sastra menekankan agar batuan yang telah difasilitasi oleh dinas dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan volume produksi sehingga dapat meningkatkan kesejateraan anggota. Kepada penyuluh perikanan beliau juga berpesan untuk selalu membina kelompok dengan sebaik-baiknya.

Perlu diketahui bahwa Poklahsar Bismillah Harapan kami merupakan satu diatara 5 (lima) Poklahsar binaan penyuluh perikanan yang ada di Kota Payakumbuh yang berdiri pada tahun 2014. Berdasarkan proses identifikasi yang dilakukan oleh tim dari kabupaten, poklahsar tersebut dinyatakan layak menerima batuan. "Kami berharap kegiatan dan bantuan yang telah diterima oleh Poklahsar Bismillah Harapan Kami dapat menjadi stimulan dan sebagai pionir perkembangan usaha pengolahan ikan di kota Payakumbuh" terang Depi.

Kontributor: Zaini Amri, SST
Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh

Baca Selengkapnya...

17 Des 2016

Penyuluh Perikanan Belitung Timur Fasilitasi dan Inisiasi Pembentukan Kelompok Pelaku Utama Perikanan

FKP3D, Korwil Barat - Selasa, 13 Desember 2016, Prihandoko, S.Pi penyuluh perikanan Kabupaten Belitung Timur mengadakan pertemuan dengan warga dan tokoh masyarakat dalam rangka memfasilitasi pembentukan kelompok pelaku utama perikanan.

Pertemuan yang diadakan pada malam hari yang bertempat di rumah Indro Mukis desa Balok, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur tersebut merupakan pertemuan pertama yang diadakan guna menggali persamaan persepsi warga tetang pentingnya kelompok dan juga untuk identifikai potensi sumberdaya perikanan yang ada di wilayah desa Balok.

Prihandoko, S.Pi, hadiri pertemuan pada malam hari dalam rangka fasilitasi dan inisiasi pembentukan kelompok
Dalam pertemuan tersebut, Prihandoko, S.Pi menyampaikan penjelasannya mengenai pentingnya berkumpul dan berkelompok, manfaat kelompok, serta syarat-syarat pembentukan kelompok. "secara umum warga desa dan tokoh masyarakat sepakat bahwa membentuk kelompok merupakan suatu hal yang penting, akan tetapi karena pada malam itu persyaratan pembentukan kelompok ada yang belum terpenuhi maka acara pembentukan kelompok ditunda" jelas Prihandoko.

Ditanya tentang pertemuan yang dilakukan pada malam hari, Prihandoko mengatakan bahwa memang sebagian besar kelompok yang dibinanya aktif mengadakan pertemuan di malam hari. "Sudah menjadi resiko pekerjaan sebagai penyuluh perikanan, walaupun malam hari kita tetap berangkat karena tanggungjawab kita dalam rangka pembinaan pelaku utama" jawab Prihandoko.

Seperti diketahui bahwa penumbuhan kelompok merupakan salah satu fasilitasi yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.14/MEN/2012 tentang pedoman umum penumbuhan dan pengembangan kelompok pelaku utama perikanan. Bahwa proses penumbuhan kelompok merupakan suatu wujud fasilitasi pemerintah dalam bentuk inisiasi pembentukan kelompok.

Penumbuhan kelembagaan pelaku utama sendiri adalah proses inisiasi dan fasilitasi tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran pelaku utama dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan prinsif kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antara pelaku utama, sehingga dapat merupakan faktor pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada dalam kelompok. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

Sarmini Eka Wijaya, S.Pi, tak Kenal Lelah Membina Pelaku Utama Perikanan

Sarmini Eka Wijaya adalah penyuluh perikanan dari Kabupaten Kapuas, Kalimantan Selatan. Sarmini merupakan perempuan keturunan jawa yang lahir dan besar di Kapuas 42 tahun yang lalu. Awal menjadi penyuluh perikanan adalah saat Sarmini menjadi tenaga honorer provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1994 hingga akhir tahun 2006.

Selama tahun 1994 hingga 2006, Sarmini telah malang melintang di dunia penyuluhan perikanan dan pemberdayaan masyarakat. Bahkan, dalam perjalannya menjadi tenaga honorer beliau juga sempat merasakan menjadi penyuluh polivalen.

Dipenghujung 13 tahun menjadi tenaga honorer, Sarmini patut bersyukur, karena di tahun 2007 dia memenuhi persyaratan untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil dari formasi tenaga honorer dan ditempatkan di BPPKP Kabupaten Kapuas. Hal ini tentu membuatnya menjadi lebih bersemangat dalam berkarya dan membina pelaku utama perikanan.

Tempat tinggal Sarmini yang dikelilingi oleh sungai menjadikan dia begitu paham terhadap permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat sekitar sungai, utamanya terkait konservasi dan penangkapan ikan di sungai.

Pada masyarakat lokal yang berada diwilayah kerjanya, ternyata penangkapan ikan secara ilegal masih banyak terjadi. Biasanya mereka menangkap ikan dengan menggunakan listrik (setrum) dan juga dengan cara diracun/ bom ikan. Hal ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi Sarmini.
Kegiatan pembinaan kepada pelaku utama terkait illegal fishing di perairan umum
Mengubah perilaku dan kebiasaan masyarakat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kebiasaan tersebut telah dilakukan secara turun-temurun. Tidak dilakukan secara gegabah dan ekstrim. Butuh kesabaran ekstra dan pendekatan secara terus-menerus untuk meyakinkan masyarakat agar tidak melakukan penangkapan ikan di perairan umum secara illegal.

Saat ini, Sarmini sedang giat-giatnya malakukan pedekatan dan memberikan pembinaan serta pemahaman kepada masyarakat diwilayah kerjanya untuk tidak melakukan penagkapan ikan secara illegal. Sarmini selalu meyakinkan masyarakat bahwa selain dapat terkena sanksi pidana, penangkapan ikan dengan cara yang salah akan menyebabkan ikan menjadi punah, sehingga anak cucu kita tidak akan bisa lagi melihat dan mengenal ikan yang ada sekarang.

Pengalamannya membina masyarakat dari berbagai lapisan dan golongan selama puluhan tahun telah membuat Sarmini menyadari, ternyata berada di wilayah kerja dengan karakteristik masyarakat yang susah untuk maju dan berkelompok membutuhkan strategi-strategi khusus yang menguras banyak energi.

Sudah umum terjadi bahwa sebagian besar penyuluh perikanan daerah berhadapan pada kanyataan dimana keberpihakan pemerintah daerah terhadap penyuluhan perikanan masih sangat kurang. Kegiatan penyuluhan perikanan di daerah acapkali tidak mendapatkan fasilitas dan pendanaan yang cukup memadai.

Menghadapi kondisi seperti itu, Sarmini mempunyai strategi tersendiri. Dia menjalin kerjasama dan bersinergi dengan berbagai pihak serta instansi lain untuk dapat bersama-sama mendekat dan melakukan pembinaan kepada masyarakat pelaku utama perikanan.

"Awalnya pendekatan dilakukan kepada masing-masing individu pelaku utama dengan menyampaikan gagasan tentang suatu materi penyuluhan perikanan. Setelah pendekatan individu berhasil dilakukan, baru dilanjutkan dengan penyuluhan masal dengan 'mendompleng' program dan kegiatan dari instansi lain" jelas Sarmini.

"Setelah timbul minat dari masyarakat untuk berusaha dibidang perikanan, baru kita menumbuhkan kelompok. Dan dari sedikit demi sedikit, dengan sendirinya muncul rasa untuk bekerjasama dan berkelompok" Lanjut Sarmini.

Tidak dipungkiri, bahwa bekerja sebagai penyuluh perikanan memang banyak sekali tantangannya. Hal ini dirasakan oleh Sarmini juga. Terkadang, untuk sampai ke wilayah binaan, dia harus menempuh perjalanan yang jauh dan melewati hutan serta perkebunan karet yang sepi. Belum lagi pada musim penghujan, dia harus melewati jalanan sempit yang licin dan terjal, serta sangat sulit dilalui oleh kendaraan bermotor.

Sarmini sangat berharap agar implementasi UU 23 Tahun 2014 khususnya terkait penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional dan pengalihan status penyuluh perikanan daerah dapat segera dilaksanakan dengan selurus-lurusnya. Karena Sarmini meyakini bahwa penyelenggaraan penyuluh perikanan yang sering dikesampingkan oleh daerah dapat dihindari karena dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat dalam satu komando. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

14 Des 2016

Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh Dampingi Pelaku Utama Studi Banding Ke Kawasan Perikanan

FKP3D, Korwil Barat - Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap pelaku utama perikanan kota Payakumbuh tentang budidaya perikanan, penyuluh perikanan pada dinas Peternakan dan Perikanan kota Payakumbuh beserta 45 orang pelaku utama se-Kota Payakumbuh melakukan studi banding ke sentra kawasan perikanan di Kota Pariaman dan kabupaten Padang Pariaman.
Kegiatan kunjungan studi banding ke kawasan perikanan di Kabupaten Padang Pariaman
Kegiatan studi banding yang dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 yang lalu itu merupakan kegiatan yang didanai oleh APBD Kota Payakumbuh dan secara khusus bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Sumberdaya Manusia (SDM) Pelaku utama perikanan kota Payakumbuh dalam hal budidaya lele, gurame, dan nila.

Dijelaskan oleh Zaini Amri SST, selaku koordinator penyuluh perikanan kota Payakumbuh bahwa studi banding sebagai salah satu metode penyuluhan, merupakan metode pembelajaran yang penting bagi pelaku utama karena dapat memberikan motivasi kepada mereka dengan melihat secara langsung keberhasilan kegiatan budidaya di tempat yang dikunjungi.
Rombongan studi banding disambut oleh wakil wali kota Pariaman
"Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kegiatan Sekolah Lapang (SL) yang telah diadakan sebelumnya" kata Amri. "Setelah melakukan studi banding, para peserta diharapkan mampu menerapkan dan mengaplikasikan cara budidaya ikan yang baik didaerah masing-masing sekembalinya dari kegiatan studi banding" sambung Amri.

Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Peternakan dan Perikanan Kota Payakumbuh telah mengadakan berbagai kegiatan SL budidaya ikan pada tahun ini dengan menghadirkan penyuluh perikanan sabagai narasumber dan pemateri dalam kegiatan tersebut. (A001-ML)

Kontributor: Amri Zaini, SST
Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh
Baca Selengkapnya...

3 Des 2016

Penyuluh Perikanan Mojokerto Bina Kelompok dengan Praktek Pengkayaan Probiotik untuk Budidaya Ikan

FKP3D, Korwil Barat - Mojokerto, 30 November 2016. Dalam rangka menambah ketrampilan dan pengetahuan pelaku utama perikanan, penyuluh perikanan PNS Daerah kabupaten Mojokerto, Ratih Damayanti, S.Pi mengadakan kegiatan pengkayaan probiotik di Pokdakan Mina Santosa, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu.
Kegiatan praktek pembuatan probiotik
Kegiatan penyuluhan tentang pengkayaan probiotik penting untuk dilaksanakan karena probiotik memegang peranan yang penting dalam usaha budidaya ikan. Probiotik merupakan organisme renik/ mikroba yang bersifat menguntungkan yang sengaja ditambahkan dalam usaha budidaya ikan.

Adanya probiotik akan menekan populasi mikroba jahat yang berada di saluran pencernaan ikan dengan cara berkompetisi untuk menempati ruang dan kesempatan untuk mendapatkan nutrisi. Selain itu, bakteri probiotik juga dapat menghilangkan senyawa beracun dengan cara menetralkan senyawa-senyawa tersebut menajadi senyawa yang tidak beracun.

Selain itu, probiotik juga dapat menghasilkan senyawa antibiotik yang dapat meningkatkan kekebalan ikan sehingga ikan tidak mudah terserang penyakit dan juga dapat membantu meningkatkan jumlah makanan alami pada kolam budidaya.

Kegiatan diawali dengan penyampaian materi penyuluhan tentang probiotik, kemudian dilanjutkan dengan praktek pembuatannya. Anggota kelompok Mina Santoso terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut karena mendapatkan pembelajaran baru mengenai resep dan cara membuat pengkayaan probiotik.

"Dalam kegiatan praktek pembuatan pengkayaan probiotik, semua anggota ikut terlibat sehingga masing-masing anggota mengetahui pasti tahapan proses pembuatan probiotik karena mereka melaksanakan sendiri" jelas Ratih.

"Metode penyuluhan seperti ini kami anggap cukup efektif karena tidak hanya pemberian materi saja akan tetapi anggota kelompok terlibat langsung dalam pembuatannya, dan yang paling penting adalah hal ini sesuai dengan kebutuhan yang ada pada kelompok, dimana akhir-akhir ini dikarenakan curah hujan yang tinggi, perlu dilakukan tindakan-tindkan preventif agar ikan yang dibudidayakan tetap dalam keadaan sehat salah satunya dengan cara pembuatan pengkayaan probiotik" lanjut Ratih menjelaskan. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

2 Des 2016

Penyuluh Perikanan Latih Budidaya Lele Di Kawasan Rawan Narkoba

FKP3D, Korwil Barat, Dalam rangka kampanye anti narkoba di kawasan rawan narkoba, Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan penyuluh perikanan Kota Payakumbuh mengadakan pelatihan budidaya lele. Pelatihan yang diadakan selama 3 hari tersebut bertujuan  mengembangkan motivasi dan kreatifitas guna membuka lapangan kerja dibidang Perikanan.

Pelatihan dibuka secara langsung oleh kepala BNN Payakumbuh, AKBP Firdaus ZN, S.Pd, M.Si dan dilanjutkan materi tentang Kebijakan Pembangunan Perikanan Kota payakumbuh oleh Sekdin Mewakili Kepala Dinas. Selanjutnya diisi materi tentang budidaya lele oleh Narasumber.
Penebaran benih lele pada acara pelatihan budidaya lele di kawasan rawan narkoba kota Payakumbuh
Data BNN Sumatra Barat menyatakan bahwa Kota payakumbuh berada pada peringkat kedua penyalahguna narkoba di Sumbar. Oleh karena itu BNN menggandeng Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Payakumbuh untuk mengadakan pelatihan budidaya lele di daerah rawan narkoba. Tujuannya agar masyarakat di daerah rawan narkoba mempuyai ketrampilan, pengetahuan dan motivasi untuk budidaya lele sehingga menghindarkan mereka dari peyalahgunaan narkoba.

Pelatihan budidaya lele dengan narasumber dari penyuluh perikanan tersebut, diisi dengan kegiatan teori dan praktek. Adapun teori yang disampaikan pada pelatihan adalah tentang dasar-dasar budidaya lele, persiapan lahan pembesaran lele, dan motivasi sukses pembesaran lele.

Pemilihan pelatihan budidaya ikan bukanlah tanpa alasan, hal ini dikarenakan potensi sumberdaya alam yang ada di kota Payakumbuh memang sangat mendukung untuk kegiatan budidaya. Komoditas lele dipilih juga karena lele ralatif mudah dibudidayakan dengan siklus budidaya yang tergolong pendek.

Pada sesi praktek, penyuluh perikanan selaku narasumber memberikan pembelajaran mengenai cara persiapan kolam pembesaran berupa pemupukan dan pengapuran kolam, serta bagaimana cara menumbuhkan pakan alami di kolam yang nantinya akan dipergunakan untuk budidaya lele.

Acara pelatihan diakhiri dengan penebaran benih lele sebanyak 11.000 (sebelas ribu) ekor di kolam yang sebelumnya telah dipersiapkan. Benih lele dengan ukuran 4-6 cm tersebut nantinya diharapkan mampu menghasilkan lele konsumsi sebanyak 1 ton selama masa pemeliharaan 2-3 bulan. (A001-ML)
Baca Selengkapnya...

1 Des 2016

Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh Sukseskan Demo Masak Olahan Hasil Perikanan

FKP3D, Korwil Barat - Selasa, 29 November 2016, bertempat di halaman dinas Perikanan dan Peternakan Kota Payakumbuh, penyuluh perikanan mengadakan demo masak olahan hasil perikanan. Kegiatan yang diikuti oleh tidak kurang dari 140 orang tersebut berlangsung cukup meriah. Peserta yang mengikuti demo masak adalah anggota Poklahsar dan pelaku utama pengolah hasil perikanan se-Kota Payakumbuh.

Acara yang diinisiasi oleh penyuluh perikanan tersebut adalah dalam rangka mensukseskan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang bertujuan mengedukasi masyarakat kota Payakumbuh untuk mengkonsumsi ikan secara berkelanjutan, selain itu, hal itu dilakukan juga sebagai sarana untuk demonstrasi dan sekaligus pelatihan pengolahan hasil perikanan guna mewujudkan diversifikasi produk olahan berbahan baku ikan.
Acara demo masak olahan hasil perikanan di halaman Dinas Perikanan berlangsung meriah
Zaini Amri, SST, selaku koordinator penyuluh perikanan kota Payakumbuh mengatakan bahwa program demo masak olahan hasil perikanan ini dapat dilaksanakan berkat dukungan APBD Dinas Perikanan dan Peternakan kota Payakumbuh tahun 2016. "Kita merasa bersyukur bahwa pemerintah daerah sangat mendukung program Gemarikan dengan menyediakan anggaran untuk kegiatan ini", jelas Amri.

"selama ini kita ketahui bahwa tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia secara umum masih sangat rendah, dengan kegiatan semacam ini, harapannya akan mampu meningkatkan konsumsi makan ikan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kota Payakumbuh pada khususnya" Lanjut Amri menerangkan.

Seperti diketahui, meski Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia dengan 70 persennya merupakan wilayah laut, tetapi ada ironi yang terjadi. Badan pangan dunia (FAO) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara berperingkat kelima konsumsi ikan di negara ASEAN.

Tercatat konsumsi ikan Indonesia sebesar 32,24 kg/kapita/tahun, berada di peringkat kelima setelah Malaysia sebesar 58,1 kg/kapita/tahun,  Myanmar sebanyak 55 kg/kapita/tahun, Vietnam sebanyak 33,20 kg/kapita/tahun dan Filipina sebesar 32,70 kg/kapita/tahun.

Dijelaskan oleh Amri, bahwa permasalahan yang selama ini masih sering terjadi adalah masyarakat seringkali mengkonsumsi ikan hanya dalam bentuk ikan utuh. Diversifikasi produk olahan ikan masih sangat jarang, hal ini yang menurutnya sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makan ikan. Dengan adanya demo masak olahan hasil perikanan diharapkan tercipta berbagai produk olahan berbahan dasar ikan yang mampu menyuguhkan berbagai alternatif makanan dari ikan dan pada akhirnya dapat meningkatkan gairah masyarakan dalam mengkonsumsi ikan. (A001-ML)

Kontributor: Zaini Amri, SST
Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Payakumbuh

Baca Selengkapnya...

30 Nov 2016

Penyuluh Perikanan Kabupaten Katingan Berhasil Meraih Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2016

Prestasi membanggakan kembali kembali ditorehkan penyuluh perikanan dikancah Nasional. Maria Magdalena Eka Asi, S.Pi, meraih penghargaan tertinggi bidang ketahanan pangan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) kategori pelayan/ penyuluh perikanan tahun 2016. Penghargaan ini, diserahkan secara langsung oleh Presiden hari ini, Rabu, 30 November 2016 di Istana Negara, Jakarta.
Suasana gladi bersih penerimaan penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara, 29 November 2016
Adhikarya Pangan Nusantara merupakan peghargaan tertinggi dibidang ketahanan pangan yang diberikan guna mendorong semangat, kreatifitas, dan partisipasi masyarakat dan aparatur pemerintah dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan.

Maria Magdalena Eka Asi, S.Pi merupakan salah satu dari 12 orang di Indonesia yang mendapat penghargaan APN kategori pelayanan ketahanan pangan. Maria, terpilih karena berbagai prestasinya dibidang penyuluhan perikanan antara lain sebagai penyuluh perikanan teladan 7 besar nasional tahun 2015, 5 besar lomba karya tulis ilmiah inovasi bidang perikanan, berhasil membawa kelompok binaannya 6 besar lomba GEMPITA, dan concern terhadap kegiatan penyuluhan perikanan.

Maria merupakan penyuluh perikanan yang bekerja pada Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Katingan, Sekaligus sebagai koordinator penyuluh perikanan dan ketua DPD IPKANI Kalimantan Tengah.
Maria Magdalena Eka Asi, S.Pi berpose di Istana Negara sesaat setelah menerima penghargaan APN 2016
Diraihnya penghargaan APN ini merupakan wujud bahwa presatasi yang ditorehkan oleh penyuluh perikanan daerah patut dibanggakan, dengan keterbatasan yang ada, penyuluh perikanan ternyata mampu berperan dan berpresasi sesuai tugas dan fungsi pokoknya sebagai aparatur pemerintah.

"Saya berharap dengan dirainya penghargan ini bisa lebih memotovasi saya dalam bekerja dan menjadi pelayan masyarakat" Ucap Maria. "hal ini juga sebagai wujud nyata kinerja penyuluh perikanan, sehingga pemerintah pusat dapat memperhatikan dan menghargai profesi penyuluh perikanan yang merupakan agen perubahan pembangunan masyarakat perikanan dan kelautan" Lanjut Maria.

Menurut Maria, Penyuluh perikanan mempunyai tugas yang sangat mulia yaitu sabagai pelayan masyarakat yang diharapkan mampu mendorong pelaku utama perikanan dalam rangka peningkatan produksinya sehingga dapat menjaga ketahanan pangan dibidang perikanan. (A001.ML)
Baca Selengkapnya...

Peran Serta Penyuluh Perikanan PNS Kabupaten Jombang dalam Memperingati Hari Ikan Nasional

FKP3D, Korwil Barat - Selasa, 29 November 2016, Dalam rangka memperingati Hari Ikan Nasional (HARKANNAS) yang jatuh pada tanggal 21 November kemarin, di Desa Peterongan, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur telah diselenggarakan acara gemarikan dan penilaian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Berbagai rangkaian kegiatan Hari Ikan Nasional di desa Peterongan, Jombang, Jawa Timur
Acara gemarikan yang dihadiri 3 pilar di desa tersebut, yaitu Kepala Desa, Babinsa dari Koramil dan Babinkamtibmas dari Polsek diisi dengan kegiatan makan olahan serba ikan secara gratis. Acara makan ikan gratis yang pesertanya dari anak-anak murid SD, anggota/ peserta posyandu balita, warga usia lansia, dan para remaja ini diselenggarakan oleh PKK Kec. Peterongan dan perwakilan PKK dari Kabupaten Jombang.

Komoditas ikan yang dimasak dan dibagian secara gratis adalah ikan air tawar jenis Nila, Gurame, Patin dan Lele. Acara makan olahan serta ikan ini berlangsung cukup meriah dan sangat ramai. Atusiasme terutama murid-murid SD untuk makan ikan terlihat sangat tinggi.

Kegiatan makan ikan gratis ini merupakan inisiasi dari penyuluh perikanan setempat, Sigit Prasetya Y., S.Pi. Melalui fasilitasi Sigit, kegiatan makan ikan gratis ini mendapatkan dukungan dan sponsor dari perusahaan CP. Prima. Perusahaan pakan ikan tersebut telah menyumbang 50 kg ikan patin dan lele segar, 7,5 kg Nila merah fillet, 20 kg Patin beku dan 1 unit kolam budar untuk percontohan.

Untuk kegiatan penilaian KRPL sendiri yang merupakan program dari badan ketahanan pangan, penyuluh perikanan berperan secara aktif dalam mengawal dan membina kegiatan budidaya lele yang merupakan salah satu kegiatan utama dalam penilaian KRPL. "Kebetulan, desa Peterongan ini mewakili Kecamatan Peterongan dalam penilaian program kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) tingkat Kabupaten Jombang" jelas Sigit.

Dalam kesempatan ini, Sigit juga berkesempatan mengadakan penyuluhan dan sosialisasi budidaya lele di kolam terpal dilahan pekarangan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya ibu-ibu PKK sehingga mempunyai kemampuan untuk berbudidaya ikan skala rumah tangga dan menjadikan ikan sebagai salah satu  menu olahan sumber protein hewani pada masing-masing rumah tangga.

"Pembinaan bidang perikanan di desa ini akan terus dilakukan secara sinergi dengan bidang yang lain melalui penyuluh perikanan sebagai agen perubahan dalam pembangunan sektor perikanan" tegas Sigit.

Seperti diketahui bersama bahwa Hari Ikan Nasional pertama kali diperingati tahun 2014 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Hari Ikan Nasional yang ditandatangani pada 24 Januari 2013. Melalui Hari Ikan Nasional ini diharapkan mampu menggugah kesadaran nasional tentang peran penting sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan Indonesia. 21 November sendiri juga bertepatan dengan peringatan World Fisheries Day atau Hari Perikanan Dunia. (A004-MN)

Narasumber: Dodie Prasetiyo, S.ST.Pi
Penyuluh Perikanan Kabupaten Jombang
Baca Selengkapnya...

29 Nov 2016

Penyuluh Perikanan Purbalingga Jadi Narasumber Pelatihan Budidaya Lele di Wilayah Binaannya

FKP3D, Korwil Barat - Ria Dwi Peristianingrum, SP, Penyuluh perikanan Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga-Jawa Tengah, sejak kemarin dan hari ini Senin-Selasa, 28-29 November 2016 dipercaya untuk menjadi narasumber dalam pelatihan Budidaya Lele Secara Intensif di Wilayah Binaannya. Kegiatan pelatihan yang diadakan di Desa Pandansari, Kecamatan Kejobong ini merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan yang bersumber dari dana desa (DD).
Penyuluh perikanan sedang memaparkan materi pelatihan tentang budidaya lele
Pelatihan yang dilaksanakan di balai desa setempat tersebut, diikuti oleh 20 orang peserta yang rata-rata adalah para pemuda. Mereka terlihat mengikuti pelatihan dengan antusias. Kegiatan pelatihan budidaya lele ini merupakan gagasan dari desa setempat yang telebih dahulu telah dikonsultasikan kepada penyuluh perikanan.

Menurut Ria, Pelatihan budidaya lele dilakukan bukan tanpa alasan. Desa memandang bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang penting di daerahnya sehingga kegiatan perikanan khusunya budidaya lele harus dilakukan dengan cara yang benar, terstruktur dan teritegrasi. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman secara mendalam dan detail tentang kegiatan budidaya ikan lele melalui kegiatan pelatihan.
Peserta pelatihan terlihat serius mendengarkan penjelasan dari narasumber
"Saya berpendapat bahwa penyuluh perikanan memang sangat dibutuhkan, terutama dalam hal peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pelaku utama terkait manajemen budidaya ikan yang benar" Jelas Ria.

"selama ini saya melihat bahwa usaha budidaya yang dilakukan oleh masyarakat di desa Pandansari hanya sebagai sambilan saja, jadi harapannya, setelah mereka mengikuti pelatihan mereka bisa tergerak untuk mengusahakan kegiatan budidaya ikan secara serius dan dijadikan sebagai sumber utama mata pencaharian mereka" Lanjut Ria bersemangat.

Secara garis besar, materi penyuluhan yang dibawakan oleh penyuluh perikanan selama 2 (dua) hari adalah mengenai dinamika kelompok, pengenalan ikan lele, pembenihan lele, pembesaran dan manajemen pakan, serta pengenalan Azolla sebagai pakan alami.
Baca Selengkapnya...

27 Nov 2016

Cerita Penyuluh Perikanan dari Kotawaringin Barat; Membuat Probiotik dari Yakult dan Ragi Tape

Hari minggu, 20 November 2016, Tyas Susilo, SP yang merupakan penyuluh perikanan PNS Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat nampak seperti hari-hari kerja biasanya. Tidak santai dan menikmati hari liburnya di rumah, dia justru sibuk mempersiapkan materi penyuluhan dalam bentuk booklet, yang akan disampaikan dan dibagikan pada acara pertemuan kelompok diwilayah binaannya.
Penyuluhan oleh penyuluh perikanan; pembelajaran kepada pelaku utama perikanan
Walaupun hari minggu, Tyas tetap berangkat bekerja demi tanggungjawabnya terhadap tugas pokoknya sebagai penyuluh perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hari itu, kebetulan ada undangan untuk menghadiri acara pertemuan rutin di kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Mina Rindang, Desa Pasir Panjang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat. Kehadirannya, adalah bagian dalam rangka tugas pendampingan atau pembinaan kepada kelompok.

Kebetulan, karena jarak tempuh dari tempat tinggalnya tidak jauh, Tyas tidak terlalu kencang menarik tuas gas motornya. Perjalanan dengan motor ke tempat pertemuan diperkirakan hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit. Betul saja, sesampainya ditempat pertemuan, Tyas Susilo masih harus menunggu beberapa orang anggota kelompok yang belum datang. Sambil menuggu persiapan, Tyas-pun telihat mengobrol dengan santai dan penuh keakraban.

Pertemuan yang diselenggarakan oleh kelompok yang beranggotakan 10 orang tersebut akhirnya hanya dihadiri oleh 7 orang anggota. Dimulai pada pukul 09.30 WIB, pertemuan dipimpin langsung oleh Ketua Kelompok, Muhaimim, dengan susunan acara pembukaan, diskusi, penutupan, dan terakhir ramah tamah atau makan-makan.

Setelah acara dibuka, sebelum masuk sesi diskusi, ketua kelompok mempersilakan kepada Penyuluh Perikanan untuk menyampaikan sambutan dan materi penyuluhannya. Materi penyuluhan yang kebetulan dibawakan adalah cara membuat probiotik dengan ragi tape dan asam laktat. Sambil membagikan booklet yang telah dipersiapkan, Tyas, dengan gaya yang santai mulai bercerita tentang pentingnya probiotik untuk budidaya.

Anggota kelompok terlihat menyimak secara seksama atas materi yang disampaikan oleh Penyuluh Perikanan. "Dalam pembuatan probiotik bahan-bahan yang harus disiapkan adalah yakult sebanyak 4 botol, rage tape 2 butir yang sudah dihaluskan, air kelapa tua 1 butir, molase 1 liter, air bersih 18 liter, dan galon 20 literan" Terang Tyas mantap.

"Setelah semua bahan tersedia, masukkan semua bahan tersebut ke dalam galon, dan kocok hingga tercampur secara merata. Lalu tutup galon rapat-rapat, dan buka setiap 2 hari sekali untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan akibat proses fermentasi. Pada hari ke-7 probiotik sudah siap diaplikasikan ke air kolam dengan dosis 100 ml/m3" Lanjut Tyas.

Demikian kira-kira ringkasan materi tentang pembuatan probiotik yang disampaikan oleh Penyuluh Perikanan. Setelah penyampaikan materi selesai, acara selanjutnya adalah diskusi atau tanya jawab. Dalam sesi ini, tidak banyak hal yang didiskusikan dan ditanyakan. Usul dari salah satu anggota kelompok adalah agar materi yang telah disampaikan untuk dapat dipraktekkan pada pertemuan kelompok yang akan datang. Dan usulan tersebut diiyakan dan dietujui oleh sebagian anggota kelompok yang hadir.

Selanjutnya, acara pertemuan kelompok ditutup oleh ketua kelompok dengan sebelumnya menyampaikan simpulan hasil pertemuan. Sesuai dengan usulan anggota maka pertemuan yang akan datang mengagendakan kegiatan pratek pembuatan probiotik tersebut. Acarapun ditutup dan diakhiri dengan ramah tamah.

Ditemui secara terpisah, Tyas mengungkapkan bahwa salam melakukan usahanya, sering kali kelompok yang bergerak dalam usaha pembesaran ikan lele ini dihadapkan pada masalah ketersediaan air dengan volume yang terbatas. Oleh karena itu, guna memecahkan permasalahan tersebut, maka materi mengenai cara pembuatan probiotik ini penting untuk dismapaikan. Selain itu, penerapan teknologi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kandungan nutrisi pakan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pakan dapat lebih ditekan.

Wawancara oleh: TIM IT dan Publikasi FKP3D
Narasumber: Tyas Susilo, SP, Penyuluh Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat
Baca Selengkapnya...

26 Nov 2016

Penyuluh Perikanan PNS Daerah (Luhkanda) Riwayatmu Kini; Luhkanda Sayang Luhkanda Melayang

Kalimat penyuluh adalah ujung tombak pembangunan masyarakat kelautan perikanan merupakan kalimat sederhana yang mengandung arti luas. Ibarat pasukan yang akan menuju medan perang, penyuluh adalah prajurit yang selalu berada di garis terdepan. Kesuksesan dari suatu program kegiatan tidak lepas dari pengawalan dan kerja keras seorang penyuluh, tapi sayang dalam kenyataannya kerja keras penyuluh terutama yang diberi embel-embel penyuluh perikanan daerah terus dipertanyakan. Luhkandaku sayang luhkanda melayang kata yang cocok disematkan di pundak penyuluh perikanan daerah saat ini diantara ketidak jelasan status yang dialami.
luhkanda sayang luhkanda melayang
Kegiatan penyuluhan perikanan yang dilakukan penyuluh perikanan PNS daerah
Sebagai penyuluh perikanan yang memegang wilayah kerja satu hingga beberapa kecamatan, kami sangat mengenal kondisi dan keadaan di wilayah tersebut, baik potensinya maupun karakter pelaku utama perikanan dan kelautan yang ada. Kami memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan pelaku utama dan pelaku usaha binaan kami. Kami dituntut untuk mengikuti perkembangan dinamika pembangunan perikanan karena dianggap memiliki kompetensi dan kemampuan di bidang perikanan dan kelautan.

Tapi, diantara berbagai kelebihan kami itu tidak sedikit penyuluh perikanan yang bekerja dengan segala keterbatasan. Biaya Operasional Penyuluh (BOP) yang tidak sebanding untuk penyuluh yang berada jauh di pelosok daerah, yang harus menempuh perjalanan bermil-mil bahkan sampai menyeberangi pulau tidak pernah menyurutkan langkah untuk bertemu dengan pelaku utama dan usaha binaannya. Waktu kerja kami yang tidak menentu bahkan di waktu malam dan hari libur tetap membuat kami selalu tersenyum. Harus dipertemukan dengan berbagai kebijakan daerah yang membuat posisi kami kadang terjepit dalam mengambil keputusan. Belum lagi, ketika diperhadapkan dengan pelaku utama atau pelaku usaha yang orientasinya hanya pada bantuan, kedatangan kami tidak membawa arti apa-apa karena tidak membawa sebuah program. Seperti sebuah senapan tanpa peluru.

Sejalan dengan arah pembangunan yang berkembang, salah satu visi dan misi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai induk dari penyuluh perikanan adalah mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Percepatan pembangunan perikanan dan kelautan memerlukan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) kelautan dan perikanan yang berkualitas, kompeten, dan profesional. Di sini disebutkan salah satu unsur pendamping dan mitra sejati pelaku utama dan pelaku usaha adalah penyuluh perikanan.

Namun, yang terjadi di lapangan tidak seperti yang tertuang dalam cerita tersebut. Penyuluh perikanan sebagai ujung tombak percepatan pembangunan perikanan dan kelautan ibarat ujung tombak yang tumpul, jika sampai pada sasarannya pun tidak mampu melumpuhkan lawan. Penyuluh perikanan dianggap tidak bisa mendatangkan keuntungan bagi pemegang kebijakan di pusat hingga kinerjanya selalu mendatangkan pertanyaan.

Tidak hanya sampai disitu, BPSDMKP bagian dari KKP sebagai lembaga yang seharusnya memperhatikan kesejahteraan penyuluh malah semakin membuat penyuluh perikanan daerah terpuruk dengan menghadirkan Penyuluh Perikanan Bantu (PPB) sebagai pelaksana setiap program kegiatan perikanan kelautan di lapangan. Namun, tidak seperti saudara tertua kami, yaitu penyuluh pertanian yang hidup rukun dan damai dengan THL-TBPP, dalam setiap pelaksanaan program selalu seiring sejalan karena tupoksinya tidak pernah dibedakan oleh Kementan.

Kehadiran Undang-Undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satu isinya yaitu penyelenggaraan penyuluhan perikanan menjadi urusan pemerintah pusat, memberi angin segar yang selama ini ditunggu-tunggu luhkanda. Dengan sebuah harapan bisa merubah nasib penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang lebih baik dan mandiri, bisa ikut berpartisipasi dalam setiap program kegiatan KKP, bisa mewujudkan masyarakat perikanan dan kelautan yang cerdas, dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan dan kelautan dan juga kesejahteraan penyuluh perikanan itu sendiri.

Tapi apa lacur, hingga 2 tahun UU 23 dikeluarkan nasib luhkanda justru semakin tidak jelas. Keberadaan kami di daerah jadi pertanyaan karena instansi badan penyuluh yang selama ini menjadi tempat bernaung sebentar lagi dilebur. Menjadi semakin lucu, ketika ada beberapa daerah yang mengharuskan penyuluh perikanan berada di dinas pertanian. Hingga tulisan ini selesai kami pun tidak tau nasib kami di masa mendatang. Luhkanda riwayatmu kini……

Penulis:
Susan Rachmawati Katili, S.Pi
Penyuluh Perikanan Pertama
BP4K Kota Kotamobagu
Baca Selengkapnya...

25 Nov 2016

Penyuluh Perikanan Kabuapten Biak Numfor Kawal Bantuan Benih Nila dari Pemerintah Pusat

FKP3D, Korwil Timur - Penyuluh perikanan kabupaten Biak Numfor hari ini, 24 November 2016 telah melakukan pengawalan dan distribusi bantuan benih ikan Nila kepada 10 Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) yang tersebuat di distrik Andey.
Proses pengangkutan bantuan benih nila di Bandara Sentani, Jayapura
Bantuan bibit Nila tersebut merupakan salah satu bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah pusat. Eko Saputro Yuantono, salah satu penyuluh perikanan yang melakukan pengawalan dan distribusi benih mengatakan bahwa benih ikan didatangkan dari Koya Timur, Jayapura dan dikirim via pesawat sriwijaya.

"Dari rencana 450 ribu yang datang baru 216 ribu ekor dan diklaim bahwa 1 coolbox berjumlah 3000 ekor, tetapi setelah disampling dan dilakukan perhitungan, ternyata isinya tidak sampai 1000 ekor" ujar Eko. Kendala lain yang disampaikan oleh Eko adalah bahwa ternyata mortalitas benih yang ada dikantong termasuk tinggi yaitu mencapai sekitar 5000 ekor.
Benih ikan nila yang mati di dalam coolbox, sebelum di distribusikan ke Pokdakan
Pengawalan dan pendistribusian benih ikan kepada pokdakan disertai dengan penandatanganan berita acara serah terima oleh ketua pokdakan dan penyuluh perikanan setempat sebagai saksi.

Seperti diketahui bahwa bantuan benih merupakan salah satu program prioritas KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Bantuan benih ditargetkan mencapai 100 juta benih pada tahun ini. Program bantuan 100 juta ekor benih kepada masyarakat ini dgulirkan dengan maksud untuk meningkatkan semangat para pembudidaya dalam melakukan usahanya serta membantu Pokdakan yang kesulitan dalam memperoleh benih ikan.

Diberitakan pula bahwa target target 100 juta benih pada 2016, sampai Oktober ini ternyata sudah melampaui target, DJPB telah menyalurkan krang lebih 153 juta ekor benih ikan.

Kontributor:
Eko Saputro Yuantono
Penyuluh Perikanan Kabupaten Biak Numfor, Papua
Baca Selengkapnya...

Pointer Paparan Pusluhdaya KP Tentang Penyuluhan Perikanan Nasional pada Pertemuan Komisi Penyuluhan Se-Provinsi Riau

Berikut merupakan paparan Kapusluhdaya KP pada pertemuan Komisi Penyuluhan Se Provinsi Riau di Pekan baru pada tanggal 24 November 2016:



















Versi pdf dapat diunduh secara lengkap disini
Baca Selengkapnya...

Mengelola Kualitas Perairan di Lingkungan Karamba Jaring Apung (KJA)

Dalam budidaya ikan, kita bisa melakukannya dalam beberapa media, salah satunya adalah sistem Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan keramba jaring apung bisa dilakukan baik di sungai yang dalam, danau, di atas kolam terpal, hingga laut. Budidaya ikan keramba jaring apung merupakan salah satu cara budidaya pembesaran ikan yang efisien dan efektif.
Kegiatan budidaya KJA di Danau Batur, Bali
Teknologi budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Budidaya dengan sistem keramba jaring apung mulai dikembangkan di perairan pesisir dan perairan danau. Beberapa keunggulan ekonomis usaha budidaya ikan dalam keramba yaitu: 1). Menambah efisiensi penggunaan sumberdaya; 2). Prinsip kerja usaha keramba dengan melakukan pengurungan pada suatu badan perairan dan memberi makan dapat meningkatkan produksi ikan; 3). Memberikan pendapatan yang lebih teratur kepada nelayan dibandingkan dengan hanya bergantung pada usaha penangkapan.

Pada saat jumlah KJA melampaui batas tertentu dapat mengakibatkan proses sedimentasi yang tiggi berupa penumpukan sisa pakan di dasar perairan, limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan (pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air danau/ waduk) yang pada akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara.

Sisa pakan dan metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan dalam KJA serta limbah domestik yang berasal dari kegiatan pertanian maupun dari limbah rumah tangga menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau, mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan gulma air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes), upwelling dan lain-lain yang yang dapat mengakibatkan organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau. Maka perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan budidaya yang aman dan ramah lingkungan, salah satunya dengan manajemen kualitas perairan di lingkungan karamba jaring apung.

Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan dalam membudidayakan ikan antara lain karamba jaring terapung, karamba bambu tradisional dengan berbagai bentuk bergantung pada kebiasaan masyarakat sekitar. Teknologi yang digunakan dalam membudidayakan ikan dengan karamba ini relatif tidak mahal dan sederhana, tidak memerlukan lahan daratan menjadi badan air yang baru serta dapat meningkatkan produksi perikanan budi daya (Wibawa, 2010).

Menurut Effendi (2002), “Keramba Jaring Apung adalah system budidaya dalam wadah berupa jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung dan ditempatkan di perairan seperti waduk, laguna, selat dan teluk”

Pemilihan Lokasi KJA
Danau/ waduk yang dipilih sebagai kawasan untuk pengembangan budidaya ikan sistem KJA dengan minimal danau/ waduk 100 ha dengan memperhatikan daya dukungnya. Pemanfaatan danau/ waduk untuk kegiatan budidaya ikan sistem KJA harus dilakukan secara rasional dan tetap mengacu pada tata ruang yang telah ditentukan serta kondisi sumber daya dan daya dukung perairannya dengan maksud untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mempertahankan fungsi utama waduk. Pembagian zonazi untuk perairan waduk secara umum dilakukan dengan mengacu pada kondisi lingkungan fisik, sifat kehidupan dan penyebaran populasi ikan dalam usahanya mengelola perikanan yang terpadu dan lestari (Ilyas et al, 1989).

Daya Dukung Danau/ waduk, Desain, Tata Letak dan Konstruksi KJA
Menurut Soemarwoto (1991), bahwa luas areal perairan waduk yang aman untuk kegiatan budidaya ikan di KJA adalah 1% dari luas seluruh perairan waduk dengan pertimbangan bahwa angka 1% tersebut non significant untuk luasan suatu waduk serbaguna sehingga dianggap tidak akan mengganggu kepentingan fungsi utama waduk. Memperbaiki konstruksi KJA yang ramah lingkungan dengan pelampung olystyrene foam. KJA yang terbuat dari bambu dengan pelampung polystyrene foam merupakan KJA yang paling  ramah lingkungan dibandingkan dengan KJA lainnya (Prihadi dkk, 2008).

Menurut Rochdianto (2000), letak antara jaring apung sebaiknya berjarak 10–30 m agar arus air leluasa membawa air segar ke dalam jaring-jaring tersebut, sedangkan menurut Schmittou (1991), jarak antar unit KJA yang baik adalah 50 m. Pengendalian/ pengurangan jumlah KJA yang beroperasi. Pemindahan lokasi KJA pada saat akan terjadi umbalan yang terjadi secara menyeluruh (holomictic) ke lokasi perairan yang lebih dalam (Enan dkk, 2009).

Kualitas Air
Menurut Diersing (2009), Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Karakter kualitas air yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan, antara lain: (a) Karakter kimia air: Salinitas, DO (Dissolved Oxygen), BOD, COD, logam berat, Nitrat, Derajat Keasaman (pH), dan Akalinitas; (b) Karakter fisika air: kecerahan (transparansi) air, suhu, padatan terlarut, padatan tersuspensi, bau, warna, rasa dan kedalaman air. dan (c) Karakter biologi air: kepadatan dan kelimpahan plankton, Ephemeroptera, Plecoptera,Trichoptera, Mollusca, Escherichia coli dan Bakteri koliform.

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pasal 1).

Salah satu penyebab kematian massal ikan budidaya adalah penurunan tinggi muka air. Apabila tinggi muka air menurun maka jarak karamba jaring apung dengan dasar menjadi lebih dekat, akibatnya ikan budidaya semakin mendekati lapisan hipolimnion yang reduktif. Sementara kedalaman perairan dangkal, sehingga jarak KJA dan dasar menjadi semakin dekat. Akibatnya kolom air yang reduktif semakin mendekati KJA. Kolom air menjadi anoksik atau lapisan anoksik telah mencapai permukaan sehingga dapat disebutkan bahwa penyebab kematian massal karena kekurangan oksigen dan tingginya konsentrasi zat toksik (H2S) (Simarmata, 2007). Sebaiknya pada saat tinggi muka air minimum, padat tebar ikan di KJA dikurangi atau ikan budidaya diganti dengan jenis yang lebih toleran terhadap konsentrasi DO yang rendah. Menurut Krismono (1999), kegiatan budaya ikan sistem KJA di danau/waduk, kedalaman air disyaratkan minimal 5 m pada jalur yang berarus horizontal. Kedalaman tersebut dimaksudakan untuk menghindari pengaruh langsung kualitas air yang jelek dari dasar perairan.

Manajemen Pakan
Pemberian pakan dengan sistem pompa akan mengakibatkan banyak pakan yang terbuang di dasar perairan danau/waduk. Untuk mengurangi pakan yang terbuang ke dasar danau/waduk, efisiensi pakan dapat dilakukan dengan cara pemberian pakan berselang-seling dalam hal ini ikan tidak setiap hari diberi makan namun diberikan berselang-seling yakni satu hari diberi makan, hari berikutnya tidak diberi makan (dipuasakan) ternyata pertumbuhan tidak terganggu dan efisiensi pakan 20–30% (Krismono, 1999).

Efisiensi pakan juga dapat dilakukan dengan menggunakan benih unggul yang efektif memanfaatkan pakan sedangkan untuk kondisi kualitas air yang jelek menggunakan benih ikan patin (Pangasius sp) yang tahan kualitas air jelek (Prihadi, 2005). Selain itu, perlu melakukan upaya pemberian pakan dengan kadar fosfor yang rendah atau pemberian enzim fitase terhadap ketersediaan fosfor dari sumber bahan nabati pakan ikan. Penerapan pemberian pakan yang efektif dengan rasio 3% dengan pakan yang rendah kandungan fosfornya dengan pemberian tepung ikan seyogyanya dikurangi, sehingga dapat mengurangi limbah (sisa pakan) yang masuk ke perairan danau. Oleh karena itu, perlu alternatif lain sebagai substitusi tepung ikan yaitu antara lain protein sel tunggal (PST), tepung rumput laut. Kualitas pakan, selain ditentukan oleh nilai nutrisinya, dalam Suhenda et al. (2003) juga disebutkan bahwa pakan yang baik untuk pembesaran ikan dalam KJA adalah berbentuk pelet yang tidak mudah hancur, tidak cepat tenggelam serta mempunyai aroma yang merangsang nafsu makan ikan.

Manajemen Kualitas Air
Salah satu wadah budidaya perikanan yang berbasiskan air adalah karamba jaring apung (KJA/ floating net cage). KJA merupakan salah satu teknik budidaya ikan di perairan umum seperti sungai, waduk, danau, dan laut. Setiap perairan memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Budidaya ikan dengan KJA di waduk dan danau merupakan budidaya berbasis pelet (budidaya intensif), dengan kata lain kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Pertumbuhan jumlah keramba yang terus meningkat yang berarti terus meningkatnya jumlah ikan yang dipelihara akan menghasilkan sejumlah limbah organik yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efektif dan efisien.

Menurut Peraturan Pemerintah 82 Tahun 2001 Pasal 1: Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

Upaya pengendalian pencemaran air merupakan wewenang Pemerintah dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, adapun wewenang dalam pengendalian pencemaran air adalah; (a) menetapkan daya tampung beban pencemaran;(b) melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar; (c) menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah; (d) menetapkan persyaratan pembuangan air limbah ke air atau sumber air; (e) memantau kualitas air pada sumber air; dan (f) memantau faktor lain yang menyebabkan perubahan mutu air.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.

Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada di sumber air (Sumber: Peraturan Pemerintan Nomor 42 Tahun 2008).

Manajemen Kualitas Air Terhadap Limbah Pakan dan Kotoran Ikan
Pada saat jumlahnya melampaui batas tertentu dapat mengakibatkan proses sedimentasi yang tiggi berupa penumpukan sisa pakan di dasar perairan, limbah tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas perairan (pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air danau/waduk) yang pada akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara. Sisa pakan dan metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan dalam KJA serta limbah domestik yang berasal dari kegiatan pertanian maupun dari limbah rumah tangga menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau, mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan gulma air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes),upwelling dan lain-lain yang yang dapat mengakibatkan organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau.

Kotoran ikan dapat menimbulkan deposisi yang meningkat di dasar perairan, selanjutnya mengakibatkan penurunan kadar oksigen di bagian dasar. Menurut Lukman (2002), pasokan oksigen dalam pengelolaan KJA adalah untuk respirasi biota, pembusukan feses ikan dan pembusukan sisa pakan ikan. Menurutnya untuk setiap gram organik (limbah budidaya ikan) diperlukan 1,42 gram oksigen. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung pada kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan reproduksi.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah pakan dan kotoran ikan dari KJA adalah: (1) pengaturan musim tanam, pengendalian jumlah KJA dan padat tebar ikan di KJA dikurangi atau ikan budidaya diganti dengan jenis yang lebih toleran terhadap konsentrasi DO yang rendah seperti ikan patin, lele, dan betutu; (2) perlu disosialisasikan tentang cara pemberian pakan yang sesuai dengan ketentuan yaitu 3% dari berat badan ikan yang dibudidayakan dan diberikan tiga kali sehari yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sisa pakan yang masuk perairan; dan (3) perlu disosialisasikan KJA yang ramah lingkungan yaitu KJA ganda dan konstruksi KJA dengan pelampung polystyrene foam.

Manajemen KJA Menghadapi Fenomena Upwelling
Umbalan atau upwelling merupakan peristiwa alam yang terjadi pengadukan atau pembalikan air dari lapisan bawah naik ke permukaan dan sebaliknya. Proses ini berakibat pada kematian ikan dan hewan air lainnya secara masal.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah kematian ikan akibat “up-welling” adalah: (1) mensosialisasikan kepada pembudidaya ikan perihal tanda-tanda akan terjadinya kematian missal ikan. Tanda-tanda itu antara lain berupa: cuaca mendung dan atau hujan yang terus-menerus selama 2-3 hari berturut-turut (tidak ada cahaya matahari masuk ke badan air), dan kualitas air waduk mulai menunjukkan penurunan; (2) mengurangi jumlah KJA yang beroperasi atau mengurangi kepadatan ikan yang dipelihara. Jumlah ikan yang dipelihara harus berada di bawah daya dukung perairan; (3) segera memanen ikan yang ukurannya mendekati ukuran konsumsi, untuk menekan kerugian yang dapat timbul; (4) memilih jenis ikan yang lebih toleran terhadap kadar oksigen yang rendah; 5) memindahkan KJA secara regular, missal 1 tahun sekali ke posisi dengan kondisi air yang lebih baik. Serta melakukan aerasi di KJA yang merupakan kegiatan tanggap darurat dan dapat dilakukan hanya sementara waktu; dan (6) untuk mengurangi resiko kematian ikan, juga bisa dilakukan penebaran ikan pemakan planton guna pengendalian blooming alga.

Pola Perijinan Usaha
Kegiatan usaha budidaya ikan sistem KJA dapat dilakukan melalui Pola Swadaya dan Pola Kemitraan Usaha. Dalam pengelolaan danau/waduk, hendaknya tidak memikirkan keuntungan dari aspek ekonomi saja tetapi juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengelolaan zonasi danau/waduk yang sesuai. Selain itu, sisi perizinan pendirian KJA diprioritaskan pada masyarakat sekitar danau/waduk. Tetapi masalah yang muncul dari masyarakat sekitar waduk waduk yaitu ketiadaan modal.

Pengembangan budidaya ikan sistem KJA harus dibangun pada suatu sistem produksi yang secara ekologi, ekonomi dan sosial mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan yang didukung dengan inforamsi ilmiah dan peraturan. Stratergi yang dilakukan pada budidaya ikan sistem KJA yang berkelanjutan yaitu meningkatkan kemampuan daya dukung lingkungan danau/waduk. Manajemen budidaya ikan sistem KJA dapat dilakukan dengan pemilihan lokasi, penentuan daya dukung, desain, tata letak, konstruksi KJA, manajemen pakan, pemilihan jenis ikan dan penebaran benih, pola dan perizinan usaha.

Berikut ini adalah saran yang perlu dilakukan dalam mendukung manajemen budidaya ikan sistem KJA yang berkelanjutan di Danau/ Waduk, yaitu: (1) Perlu menerapkan budidaya ikan berbasis trophic level (aquaculture based trophic level) agar roduktivitas perairan tetap optimal; (2) Perlu pendekatan sosial budaya dan sosialisasi peraturan yang tepat pada strategi pengurangan jumlah KJA dan penataan kembali lokasi budidaya ikan sistem KJA; (3) Perlu koordinasi antara pembudidaya, pengelola waduk, pemerintah, masyarakat sekitar waduk dalam memanfaatkan danau/ waduk dan menjaga kelestariannya; (4) Perlu dukungan sarana dan prasarana yang terkait budidaya KJA dalam upaya manajemen budidaya ikan sistem KJA yang lestari dan berkelanjutan.

Pertumbuhan jumlah KJA yang dibudidayakan di danau/ waduk secara intensif yang terus meningkat akan menghasilkan sejumlah limbah organik (terutama yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor) yang besar akibat pemberian pakan yang tidak efektif dan efisien sehingga terjadi sisa pakan yang menumpuk di dasar perairan. Limbah organik pada budidaya ikan sistem KJA menjadi penyebab utama menurunnya fungsi ekosistem danau yang berakhir pada terjadinya pencemaran danau (eutrofikasi, upwelling dan lain-lain) yang yang dapat mengakibatkan kematian pada organisme perairan (terutama ikan-ikan budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air danau.

Pengelolaan kualitas air pada lingkungan kawasan budidaya ikan termasuk KJA merupakan kewajiban bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, pelaku utama perikanan, dan masyarakat perikanan sebagai upaya mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang berada di sumber air. Pemanfaatan sumber daya ikan dapat memberikan peningkatan taraf hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui pengelolaan perikanan, pengawasan, dan sistem penegakan hukum yang optimal.

Penulis:
Maria Niken Tri Ubaya Sakti, S.Pi
Penyuluh Perikanan Muda
Baca Selengkapnya...

Ferawati, S.Pi; Penyuluh Perikanan yang Concern Terhadap Konsevasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Ferawati, S.Pi adalah penyuluh perikanan yang bertugas di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Wilayah binaannya meliputi Kelurahan Labuhanbajo dan Desa Seraya Marannu. Secara Geografis, wilayah tersebut terletak dan berbatasan dengan Tanam Nasional Komodo, dan mempunyai garis pantai yang panjang serta pulau-pulau kecil.
Ferawati dengan berbagai kegiatan pembinaan dan konservasi
Tidak salah sepertinya jika perempuan enerjik ini, ditempatkan diwilayah yang mempunyai garis pantai dan banyak pulau-pulau kecilnya. Selain karena memang telah mengantongi sertifikat menyelam, dirinya juga sangat concern terhadap pelestarian dan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada.

Saat Fera mengetahui bahwa kegiatan penangkapan yang dilakukan masyarakat pulau disekitar wilayah binaannya dilakukan dengan cara-cara yang salah, yaitu dengan menggunakan bom dan potasium, dirinya tergerak untuk selalu melakukan pembinaan agar masyarakat sadar bahwa kegiatan penangkapan dengan cara yang tidak arif tersebut dapat merusak sumberdaya yang ada.

Penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan potasium yang dilakukan masyarakat pulau sekitar 5-7 tahun yang lalu itu telah banyak merusak terumbu karang dan ekosistem yang ada dipantai. Sekarang, berkat pembinaan yang dilakukan oleh Fera, sedikit demi sedikit masyarakat mulai sadar akan arti pentingnya terumbu karang dan ekosistem yang baik bagi keberlangsungan hidup anak cucu mereka.

Masyarakat pulau bahkan mulai digandeng untuk melakukan konservasi dengan melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang. Melalui kerjasama dengan LSM Coral Garden sejak awal tahun 2016, Fera secara swadaya mulai mengedukasi masyarakat sekitar pulau dengan mengajak mereka melakukan konservasi dan transplantasi terumbu karang.

Fasilitasi kegiatan transplantasi terumbu karang yang diprakarsai oleh Fera ini, murni dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat. Hal ini karena kegiatan semacam itu belum mendapat perhatian dan anggaran dari pemerintah daerah.

Pada kesempatan yang lain, Fera juga selalu ikut ambil bagian dalam usaha melakukan perlindungan terhadap sumberdaya laut yang dilindungi. Sesuai dengan instruksi dari Bupati Manggarai Barat tentang perlindungan hiu, pari manta dan biota laut lainnya termasuk duyung, Fera terlibat secara aktif dalam kegiatan penyelaman guna melakukan identifikasi dan pemetaan biota laut yang dilindungi tersebut.

Kegiatan identifikasi dan pemetaan biota laut yang dilindungi tersebut juga mengandeng peneliti dari WWF yang sudah mulai berjalan dan dijadwalkan berlangsung selama 5 bulan kedepan. "Bangga menjadi penyuluh perikanan, yang dengan keterbatasan, mampu berperan secara maksimal dalam pelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan", cerita Fera.
Baca Selengkapnya...

24 Nov 2016

Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK); Bekal Penyuluh Masa Depan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini merupakan bagian dari kebutuhan pokok yang harus dan wajib dirasakan serta dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, selain kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, dan papan. Perkembangan TIK di bidang kelautan dan perikanan telah melecutkan gairah untuk menyalurkan energi positif penyuluh perikanan dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai pendamping sekaligus mitra pelaku utama/usaha perikanan. Perubahan pola budaya masyarakat seperti ini mengharuskan penyuluh perikanan untuk beradaptasi demi efektifitas penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat KP. Angin perubahan ini harus direspon secara cepat, tepat dan terarah oleh penyuluh perikanan dalam berbagai bentuk penggunaan aplikasi dan web berbasis IT sebagai media untuk mengakomodir segala keragaan data, berita, dan informasi lainnya terkait bidang perikanan.
Ilustrasi: Penyuluhan tidak harus bertatap muka secara langsung
Berbagai macam kegiatan penyuluh perikanan yang sebelumnya jarang terpublikasi, kini bisa leluasa menyebarkannya. bahkan ada fenomena yang menarik, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tersebut bisa meningkatkan rasa percaya diri penyuluh perikanan. Dengan meningkatnya trend publikasi kegiatan penyuluh perikanan, mereka tidak lagi mudah dijatuhkan citranya oleh publik karena dianggap menganggur/tidak ada kegiatan. Lebih jauh lagi, iklim kompetisi yang positif antar penyuluh akan terbangun secara alamiah sebagai konsekuensi pemanfaatan TIK.

Pola Interaksi Antar Manusia yang Berubah
Metode penyuluhan dengan sasaran tidak harus melalui tatap muka. Teknologi internet telah merubah cara orang berkomunikasi. Metode penyuluhan berbasis TIK terus mengalami perkembangan seiring perkembangan zaman. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan bisa kita kombinasi teknologi audio/data, video/data, audio/video, dan internet. Internet merupakan alat komunikasi yang murah dimana memungkinkan terjadinya interaksi antara penyuluh dengan sasarannya baik perorangan maupun kelompok secara jarak jauh (E-Learning). Jika dilakukan efektif dan efisien, harapannya dapat diperoleh hasil yang lebih baik.

Pendekatan metode penyuluhan berbasis TIK bisa menjadi sebuah pelecut atau faktor penyemangat agar penyuluh  harus lebih update informasi tentang berbagai hal dibidang yang menjadi kompetensinya dibanding sasaran penyuluhannya, sekaligus sebagai opsi untuk meningkatkan kepercayaan dan posisi tawar, bahwa keberadaan kita ditengah mereka sangat dibutuhkan.

Sudahkah Penyuluh Perikanan Punya  e-mail Pribadi?
Email, merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya mempunyai satu alamat email (Ymail, Gmail, dsb), kita dapat mengikuti berbagai model komunikasi yang ada di Internet. Beberapa model komunikasi yang bisa digunakan untuk kegiatan penyuluhan diantaranya: Forum (Kaskus, Tapatalk, dsb); Chatting ( Whatsapp, Line, dsb); Situs jejaring sosial (Facebook, Instagram Twitter, Line, dsb); Blog Penyuluhan (Blogspot, Wordpress, dsb); Situs sharing file (Dropbox, Mediafire, Zippyshare, dsb); E-learning menggunakan Video/ Teleconference (via Skype).

Fenomena Unik Pemanfaatan TIK oleh Masyarakat KP
Masyarakat memang harus cermat juga dalam menyikapi berita dari media massa. Karena berita itu terkadang merupakan hasil kombinasi dari ilmiah, subjektif, dan dramatisir hasil ramuan penulisnya. Padahal kalau dikonfirmasikan kembali kepada sumbernya tidaklah seperti itu. Malah mungkin saja mereka dibuat terkerut dahinya ketika mengetahui dan membacanya.

Sebagai Contoh, di suatu acara televisi lokal menyiarkan sebuah kegiatan tebar bibit ikan nilem (restocking) yang dilakukan oleh penyuluh perikanan bersama dinas terkait sebagai upaya menjaga populasi ikan tersebut dari kepunahan, Dalam waktu seketika ada media sosial (facebook/twitter) meneruskan dan mempublikasikan berita tersebut dengan bias persepsi sehingga sampai ke suatu  daerah yang penduduknya tinggal disepanjang sungai yang telah ditebari ikan, Saking senangnya mengetahui hal tersebut, mereka beramai-ramai memasang jaring untuk menangkapnya. Alhasil, cita-cita mulia penyuluh  untuk menjaga populasi ikan dari kepunahan kandas di tengah jalan akibat publikasi media sosial oleh oknum yang kurang bertanggung jawab.

Harapan Pemanfaatan TIK secara bijak dan manusiawi
Ada bagian menarik dari buku Sherry Turkle berjudul  “Reclaiming Conversation: The Power of Talk in a Digital Age” yang mencoba menggambarkan bagaimana smartphone telah merusak hubungan antarmanusia. Menurut Turkle, masyarakat hari ini berkomunikasi melalui teks, media sosial dan email, tetapi kemampuan mereka untuk berhubungan dengan orang lain telah menurun secara substansial. Mereka gagal untuk mengembangkan empati, kecerdasan emosional atau ikatan sosial.

Melalui  kegiatan penyuluhan bisa kita sisipi suatu materi untuk menggugah kesadaran sasaran penyuluhan kita agar selalu waspada terhadap dampak-dampak negatif pemanfaatan TIK, setidaknya secara tidak langsung, minimal kita sudah berkontribusi menjaga entitas budaya bangsa ini dari pengaruh globalisasi. Semoga Bermanfaat ...!


Mina Rifqi, S,Pi
Penyuluh Perikanan pada Bapeluh Temanggung-Jawa Tengah
Baca Selengkapnya...